REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Indonesia masih membuthkan banyak dokter spesialis kejiwaan. Saat ini jumlah dokter jiwa masih jauh dari jumlah minimal yang dibutuhkan bagi 237 juta warga Indonesia.
"Kita baru punya sekitar 600 dokter jiwa, idealnya 8.000 dokter, minimal kita butuh 3.000 dokter," ujar Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan Irmansyah.
Selain itu, hanya ada tujuh universitas yang menyediakan jurusan kejiwaan tersebut yang menghasilkan lulusan dokter sebanyak 40-50 dokter pertahunnya.
Kondisi tersebut diperparah dengan adanya beberapa rumah sakit jiwa yang berencana untuk berubah menjadi rumah sakit umum karena dinilai tidak menguntungkan. "Ini juga yang harus kita cegah, harus dipastikan jumlah rumah sakit jiwa ini cukup memadai dan tersebar merata diseluruh Indonesia," tutur Menkes, Endang Rahayu Sedyaningsih.
Menkes menyatakan, masalah ekonomi dan sosial yang timbul akibat pembangunan yang pesat dikhawatirkan dapat memicu gangguan jiwa pada masyarakat di daerah yang mengalami pembangunan tersebut.
"Di daerah yang mengalami pembangunan pesat, selain penyakit menular seksual, saya perkirakan yang juga naik adalah masalah kesehatan jiwa. Ini terjadi di daerah-daerah yang 'dikarbit' untuk maju," kata Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih ketika membuka Konferensi Nasional Kebijakan Kesehatan Jiwa I dan Konferensi Nasional Psikiatri Komunitas II di Hotel Santika, Jakarta, Jumat.