REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK--Polisi New York telah membongkar jaringan internasional pencurian identitas yang membuat kartu kredit palsu dari informasi yang dicuri dari kartu kredit asli di bank, restoran dan toko pengecer, kata pihak berwenang, Jumat.
Lebih dari 111 orang telah didakwa dan 86 orang ditahan dalam operasi tersebut, yang melibatkan organisasi pidana di setor Queens di New York dengan kaitan di Asia, Afrika, Eropa dan Timur Tengah, kata mereka.
"Ini bukan perampokan dengan todongan senjata, tapi dampaknya pada korban sama," kata Komisaris Polisi Raymond Kelly. "Mereka dirampok."
Jaksa wilayah Queens Richard Brown mengatakan itu "sejauh ini adalah kasus pencurian identitas/penggelapan kartu kredit yang terbesar --dan tentu saja termasuk yang paling canggih-- yang telah dihadapi pelaksana hukum".
Penyelidikan tersebut, yang dimulai pada Oktober 2009, juga menciduk dua lusin orang lagi dengan tuduhan yang berkaitan dengan perampokan dan pencurian di Queens. Cara rancangan itu dilaksanakan ialah pegawai, dan kadang-kala pemilik tempat usaha, di restoran, bank dan toko pengecer akan menggunakan alat "skimming" untuk mencuri informasi dari kartu kredit pelanggan.
Informasi itu kemudian disampaikan kepada bos lima organisasi kriminal yang beroperasi di Queens, yang kemudian menyampaikannya ke "para pembuat" yang akan mendata informasi tersebut di kartu palsu, dengan menggunakan "alat skimming yang dibalik".
Mereka diduga membuat American Express, Mastercards Visa dan Discover Cards dengan logo, nomor keamanan palsu, dan kadang-kala tanda pengenal palsu tambahan seperti surat izin mengemudi di New York.
Kartu palsu itu kemudian diberikan kepada "pembeli" yang menggunakannya untuk membeli alat elektronik mahal dan barang lain yang mudah dikeluarkan, kata jaksa penuntut. Jaksa penuntut memperkirakan kerugian selama masa 16 bulan berjumlah 13 juta dolar AS.