REPUBLIKA.CO.ID,BANJARNEGARA -- Unjuk rasa besar-besaran petani asal Dieng di Jakarta, tidak membuahkan hasil maksimal. Dalam aksi tersebut, petani hanya berhasil menemui Menteri Pertanian.
Sementara Menteri Perdagangan, tidak berhasil ditemui. Padahal, kebijakan masuknya kentang impor ke pasaran dalam negeri, ada di tangan Menteri Perdagangan.
''Terus terang, kita kecewa karena kami tidak berhasil bertemu dengan Menteri Perdagangan. Padahal kami sangat berharap Menteri Perdagangan bisa menemui kami, sehingga beliau bisa mendengarkan langsung keluhan kami, dan mengeluarkan kebijakan untuk menutup keran impor kentang'' jelas Ketua Asosiasi Petani Kentang Dataran Tinggi Dieng, Muhammad Mudasir, Kamis (13/10).
Saat bertemu dengan Menteri Pertanian, petani merasa mendapat harapan lagi. Dalam pertemuan itu, petani dijanjikan akan dipertemukan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. ''Bila kami bisa bertemu presiden, kami akan minta agar pemerintah menghentikan kebijakan impor kentang,'' tegasnya.
Dijelaskan Mudasir, dampak membanjirkan kentang impor ke pasaran dalam negeri, sangat meresahkan para petani di Dieng. Hal ini karena kentang yang kabarnya didatangkan dari Cina tersebut, dijual di pasar-pasar kota besar dengan harga yang sangat murah. ''Kentang impor tersebut, dijual di pengecer dengan harga Rp 4.000-Rp 4.500 per kg. Dengan harga eceran serendah itu, kami tentu tidak akan sanggup bersaing,'' jelasnya.
Menurutnya, bila petani memaksakan menjual dengan harga lebih rendah dari harga kentang impor, petani akan menelan kerugian. ''Biaya bertani kentang itu sangat tinggi. Kalau kentang hasil panen kami hanya dihargai Rp 3.000 atau Rp 3.500 per kg, kami jelas akan rugi,'' katanya.
Mudasir menyebutkan, saat ini ada ribuan ton kentang hasil panen petani Dieng yang masih tersimpan di gudang-gudang atau rumah petani. Kalau pun ada yang dijual, umumnya hanya untuk pasaran lokal seperti di Pasar Wonosobo atau Banjuarnegara. Di pasar lokal tersebut, kentang petani masih dihargai Rp 4500 per kg.
Ada sekitar 3.000 hektar tanaman kentang di Dieng, yang dibiarkan petani tidak panen. Seharusnya, tanaman kentang tersebut dipanen, karena memang sudah masanya. Bahkan ada yang sudah berusia 5 bulan, padahal usia tanaman kentang seharusnya hanya 4 bulan.
''Petani membiarkan tanaman kentang tidak dipanen, menunggu sampai harga membaik. Mudah-mudahan pemerintah mendengarkan keluhan kami dengan menghentikan masuknya kentang impor,'' kata Mudasir.