REPUBLIKA.CO.ID,KUPANG--Aktivitas kegempaan gunung api Anak Ranaka di perbatasan Kabupaten Manggarai dan Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, yang berstatus level III itu sampai saat ini masih fluktuatif, sehingga masyarakat harus tetap waspada. "Aktivitasnya hingga saat ini fluktuatif. Artinya sesewaktu bisa saja aktivitasnya turun dan juga bisa naik, sehingga semua pihak harus terus waspada, terutama warga masyarakat yang berada tepat di kaki gunung api itu," kata Bupati Manggarai Kris Rotok melalui pesan singkatnya dari Manggarai, Senin.
Ia mengatakan hal ini setelah menerima laporan resmi dari penjaga pos pemantau aktivitas Gunung Api Anak Ranaka, Bernadus Taut, yang setiap saat melakukan pencatatan aktivitas gunung Ranaka, lalu menyebarkan ke publik melalui fasilitas komunikasi yang tersedia, termasuk ke Pemerintah kabupaten setempat untuk diketahui dan ditindaklanjuti," katanya.
Jadi, masyarakat setempat tidak perlu lengah dengan informasi yang tidak resmi yang menyebutkan bahwa aktivitas kegempaan Gunung Anak Ranaka sudah normal kembali karena hingga tanggal 17 Oktober, Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) belum menurunkan status gunung itu.
Karena Gunung Anak Ranaka yang terakhir meletus pada 11 Januari 1988 lalu dengan ketinggian asap hingga delapan kilometer, disertai luncuran aliran awan panas, masih harus diwaspadai, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan bersama, apabila sesewaktu gunung itu meletus.
Pernyataan Bupati Rotok ini dikuatkan penjaga pos pemantau aktivitas Gunung Api Anak Ranaka, Bernadus Taut yang dihubunngi terpisah, terkait aktivitas kegempaan dan status gunung itu, hingga pertengahan Oktober 2011.
"Pantauan aktivitas Anak Ranakah hari ini, hingga pukul 18.00 WITA hanya terjadi tiga kali gempa. Sedangkan, sejak pukul 06.00 hingga 12.00 WITA sudah terjadi tujuh kali gempa vulkanik A dan satu kali gempa vulkanik dangkal, sehingga tepat kalau disebut fluktuatif atau sering naik dan juga turun," katanya.
Selain itu, lanjut Bernadus, asap solfatara tipis terus membubung antara 10-15 meter dari gunung tersebut. Namun, asap itu tidak beracun sehingga pihaknya belum mengeluarkan rekomendasi agar warga di lereng gunung tersebut mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Walaupun demikian (Fluktuatif dan tidak perlu mengungsi) Pusat Vulkanologi tetap melarang warga di sekitar lokasi yang sangat dekat dengan kaki gunung itu untuk tidak melakukan aktivitas. "Sudah ada larangan agar warga tidak melakukan aktivitas pertanian terutama pertambangan di wilayah itu, untuk mencegah jatuhnya korban, apabila sesewaktu terjadi hembusan asap solfatara yang mengandung racun berbahaya untuk keselamatan," katanya.
Gunung Api Anak Ranaka terakhir meletus pada 11 Januari 1988, dengan ketinggian asap saat itu mencapai sekitar 8.000 meter disertai luncuran aliran awan panas yang mengarah ke Wae Reno dan Wae Teko di sebelah utara gunung api itu.