REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG - Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) daerah pemilihan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Abrahan Paul Lyanto mengatakan, pemerintah perlu melakukan antisipasi terhadap lonjakan wisatawan ke Pulau Komodo. Antisipasi itu perlu dilakukan menyusul pascapengumuman hasil "polling" tujuh keajaiban dunia yang akan dilakukan tak lama lagi.
Langkah antisipasi yang perlu dilakukan adalah menyediakan infrastruktur pelabuhan udara dan laut yang memadai. Hal itu perlu demi memberikan rasa aman bagi setiap wasatawan yang mengunjungi daerah itu, kata Abraham Paul Lyanto di Kupang, Rabu (19/10).
Pengumuman hasil voting tujuh keajaiban dunia terutama komodo sebagai salah satu finalis akan dilakukan di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat. Pengumuman secara internasional dijadwalkan pada 11 November 2011.
Menurut dia, walaupun dalam pengumuman nantinya, Komodo tidak masuk dalam tujuh keajaiban dunia, para wisatawan tentu akan merasa perlu mengunjungi pulau itu untuk melihat dari dekat binatang langka komodo.
"Saya yakin itu, masyarakat dunia pasti ingin datang ke NTT, khususnya ke Pulau Komodo di Labuan Bajo, Flores untuk melihat komodo karena satu-satunya binatang yang bisa memangsa anaknya itu hanya ada di Flores, NTT," ucapnya.
Disamping itu, infrastruktur jalan juga harus dibangun secara baik di sepanjang Pulau Flores mulai dari Labuan Bajo, ujung Barat Pulau Flores hingga Flors Timur di ujung Timur Pulau Flores.
Hal ini juga untuk memudankan wisatawan yang berkeinginan untuk mengunjungi Danau Kelimutu di Ende, Flores bagian Tengah. "Saya melihat jalan-jalan di Flores berkelok-kelok dan itu tidak nyaman bagi mereka yang melakukan perjalanan melalui darat. Ini harus dibenahi," paparnya.
Dia menambahkan dengan fasilitas pelabuhan udaha dan pelabuhan laut yang memadai, para wisatawan tidak harus menyinggahi Bali atau Surabaya, tetapi bisa langsung dari Australia atau Singapura ke Labuan Bajo untuk menghemat waktu perjalanan mereka.
Artinya, keinginan kita agar para wisatawan bisa berlama-lama di NTT bisa terwujud karena para wisatawan tidak lagi bermalam di Jakarta, Surabaya atau Denpasar, tetapi langsung ke Labuan Bajo, katanya.