REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Banyak pihak memproyeksikan produksi beras nasional tiga bulan mendatang mengalami defisit. Menurut Ketua Bidang Kajian Strategis dan Advokasi Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia, Yeka Hendra Fatika, kekurangan bakal mencapai 2,8 juta ton.
Kebutuhan beras masyarakat mencapai 2,5 juta ton perbulan. Menurut Yeka, kekurangan produksi beras diakibatkan petani jarang menanam padi pada bulan musim hujan, seperti Juli dan Agustus. “Tingginya hujan juga berakibat produktivitas menurun akibat mutu gabah basah,” katanya saat dihubungi wartawan, Rabu (19/10).
Pada November hingga Desember 2011, katanya, produksi beras hanya 10 – 15 persen dari total target produksi beras nasional. Sehingga negara kekurangan pasokan.
Berdasarkan data yang ia miliki, produksi beras Oktober ini hanya dua juta ton. Itu artinya negara kekurangan 500 ribu ton demi memenuhi kebutuhan beras nasional.
Produksi beras November 2011 ia perkirakan juga turun menjadi 1,4 juta ton sehingga negara kekurangan pasokan 1,1 juta ton. Dan akhirnya, pada Desember, negara hanya bisa memproduksi 1,3 juta ton beras yang mengakibatkan kekurangan produksi 1,2 juta ton. Maka terlengkapi, jumlah total defisit beras 2,8 juta ton.
Proyeksi defisit beras juga disampaikan oleh Ketua Kelompok Tani dan Nelayan Andalan Winarno Tohir. Prediksi angkanya lebih rendah dari Yeka, yaitu lima persen saja. Artinya kekurangan pasokan beras untuk menutupi kebutuhan hingga akhir tahun sekitar satu juta ton saja.
“Indonesia tertolong karena sudah ada perjanjian impor beras dari Vietnam,” katanya saat dihubungi Republika, Rabu (19/10).
Bulog telah meneken kontrak pembelian beras dari Vietnam sebesar 1,2 juta ton. Menurut Direktur Utama Perum Bulog Sutaro Alimoeso, jumlah beras Vietnam yang masuk ke Indonesia mencapai 900 ribu ton.
“Februari 2012 nanti sisanya akan masuk semua,” katanya. Lima bulan ke depan, katanya, stok beras Bulog tetap aman meski jumlah dalam operasi pasar beras terus dikeluarkan.