Jumat 21 Oct 2011 01:00 WIB

Muammar Qaddafi: Naik karena Kudeta, Jatuh karena Revolusi (1)

Gaddafi
Foto: times.am
Gaddafi

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI - Setelah 42 tahun memegang kemudi negara yang kaya minyak, Muammar Qaddafi, akhirnya menyerah pada kekuatan revolusi.

Dia naik ke tapuk pimpinan setelah sukses memimpin sebuah kudeta militer yang sukses pada tahun 1969. Qaddafi menyebut dirinya sebagai "pemandu revolusi" ini kemudian menjadi 'pemimpin saudara' bagi enam juta penduduk Libya.

Hubungannya dengan dunia internasional tidak menentu. Selama bertahun-tahun, Qaddafi dikenal di Barat sebagai paria, disalahkan atas pemboman pesawat Pan Am tahun 1988 di atas Lockerbie, Skotlandia, yang menewaskan 270 orang. Setelah bertahun-tahun penyangkalan, Libya mengakui tanggung jawab dan setuju untuk membayar sampai 10 juta dolar AS kepada keluarga korban; Gaddafi juga berjanji akan membongkar semua senjata pemusnah massal.

Sejak itu, ia kembali diterima masyarakat internasional.

Pada bulan Februari 2011, hanya beberapa minggu setelah protes jalanan yang meruntuhkan pemimpin Tunisia dan Mesir, pemberontakan terhadap kekuasaan Gaddafi dimulai di timur negara itu.

Tak lama setelah itu, qaddafi menyampaikan pidato yang disiarkan televisi di mana ia bersumpah untuk memburu demonstran "inci demi inci, kamar demi kamar, rumah dengan rumah, gang demi gang". Pidato menyebabkan kemarahan, dan menjad 'bahan bakar' bagi  pemberontakan bersenjata melawan dia.

Qaddafi lahir pada tahun 1942 di daerah pantai Sirte. Orang tuanya hidup secara nomaden. Dia kuliah di Benghazi University jurusan geografi, namun keluar untuk bergabung menjadi tentara.

IA berkuasa pada tahun 1969 saat usianya 27 tahun, setelah memimpin kudeta tak berdarah terhadap Raja Idris.

Setelah berhasil merebut kekuasaan, ia meletakkan sebuah filsafat politik yang didasarkan pada pan-Afrika, pan-Arab, dan anti-imperialis, dicampur dengan aspek-aspek Islam. Ia melakukan swastanisasi perusahaan kecil, dan perusahaan besar tetap dikuasai pemerintah.

Qaddafi memainkan peran penting dalam mengorganisir oposisi Arab dalam perjanjian damai Camp David 1978 antara Mesir dan Israel. Ia kemudian dijauhi oleh sejumlah negara-negara Arab, sebagian atas dasar pandangannya tentang konflik Israel-Palestina, yang membuat kebijakan luar negeri Gaddafi bergeser fokusnya dari dunia Arab ke Afrika.

Penguasa Libya berpendapat untuk penciptaan sebuah "United States of Africa" - di mana benua itu akan mencakup "kekuatan militer tunggal Afrika, mata uang tunggal, dan paspor tunggal untuk Afrika.

Proyek ini tidak berhasil, meskipun beberapa ide-idenya mempengaruhi Uni Afrika, yang didirikan pada tahun 2002. Qaddafi menjabat sebagai ketua Uni Afrika dari 2009 ke 2010.

sumber : CNN
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement