REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Pemimpin Liga Arab Nabil al-Arabi mengatakan, Kamis (20/10), ia mengharapkan kematian mantan pemimpin Libya Moammar Qaddafi, yang telah memerintah Libya dengan tangan besi selama empat dasawarsa, akan "membalik halaman tirani".
Sekjen badan yang memiliki 22 anggota itu minta rakyat Libya untuk "mengatasi luka masa lalu dan melihat ke masa depan dengan tanpa dendam atau sentimen untuk membalas dendam, menghindari semua yang dapat merusak persatuan nasional dan perdamaian".
Arabi minta pada "semua kekuatan politik dan pemimpin Libya untuk merapatkan barisan dan membangun Libya baru yang akan memenuhi harapan dan ambisi rakyat Libya akan kebebasan".
Pada Agustus, negara-negara Arab telah menyatakan "solidaritas penuh" pada Dewan Transisi Libya (NTC). Menurut NTC, pemberontakan rakyat yang meletus pada pertengahan Februari lalu untuk menggulingkan Gaddafi telah merenggut lebih dari 25.000 jiwa.
Arabi mengatakan Liga akan "melakukan upaya untuk membantu perjalanan rakyat Libya dan berada bersama mereka dalam tahap peralihan yang amat penting ini".
Permintaan badan Arab-raya akan zona larangan-terbang pada Maret lalu telah membuka jalan bagi serangan udara NATO yang meruntuhkan keseimbangan dengan mendukung pemberontak.
NATO melancarkan seluruhnya 9.618 serangan untuk mencegah Gaddafi menghancurkan pemberontakan. Qaddafi, yang selama delapan bulan menolak menyerah, tertangkap Kamis di sebuah pipa saluran limbah dekat kota kelahirannya Sirte.
Ia telah terguling pada Agustus lalu ketika gerilyawan NTC menyerbu markas besarnya di ibu kota Tripoli, tapi tempat keberadaannya tidak diketahui. Pemerintah Mesir, yang secara resmi telah mengakui NTC sebagai pemerintah Libya yang sah pada Agustus, mengatakan mereka siap untuk membantu upaya untuk membangun kembali negara itu.
Kairo "mengharapkan rakyat Libya akan membuka babak baru dan membangun kembali negara mereka setelah tewasnya Qaddafi", katanya, dan menambahkan bahwa Mesir "siap membantu rakyat Libya dalam pembangunan kembali negara mereka".
Negara itu menekankan keinginan Mesir untuk menawarkan semua kemungkinan bantuan pada Dewan Transisi Nasional (NTC) Libya ... untuk membentuk sistem demokratis yang bebas guna memenuhi aspirasi rakyat Libya dan mencapai tujuan revolusi.