Sabtu 22 Oct 2011 10:07 WIB

Percepat Rekonsiliasi Palestina, Hamas-Fatah, Pemilu Diusulkan Januari

Acara penyambutan tahanan Palestina yang ditukar dengan serdadu Israel, Gilad Shalit, di Lapangan Hijau Katiba, Kota Gaza, Palestina.
Foto: Dok MER-C Cabang Gaza
Acara penyambutan tahanan Palestina yang ditukar dengan serdadu Israel, Gilad Shalit, di Lapangan Hijau Katiba, Kota Gaza, Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH - Pemerintah Otonomi Palestina yang didominasi Fatah telah mengusulkan pemilihan umum setempat pada Januari guna mempercepat rekonsiliasi nasional dengan saingannya Hamas, kata seorang pejabat, Jumat.

"Salah satu opsi yang telah kami berikan pada Hamas untuk mempercepat rekosiliasi adalah mengadakan pemilihan parlemen pada Januari dan kemudian membentuk pemerintah," kata juru runding Palestina, Saeeb Erakat, pada AFP.

"Ini baru usulan dan kami belum menyetujui apapun, tapi ini sudah waktunya untuk dibicarakan, dan kami telah memberikan itu pada Hamas."

Tidak ada tanggapan segera dari para penguasa Hamas, yang sedang menikmati peningkatan popularitas menyusul pembebasan awal pekan ini terhadap 477 tawanan Palestina dari penjara Israel sebagai pertukaran bagi pembebasan tentara Gilad Shalit. Sebanyak 550 tawanan yang lain akan dibebaskan dalam dua bulan mendatang.

Gerakan Fatah yang sekuler telah menandatangani perjanjian rekonsiliasi dengan yang tak disangka-sangka dengan saingannya Hamas pada Mei lalu. Dari situ mereka akan membentuk pemerintah independen sementara yang akan mempersiapkan pemilihan dalam setahun.

Tapi perjanjian itu tak pernah dilaksanakan, dengan kedua pihak berselisih mengenai komposisi pemerintah sementara dan siapa yang akan memimpinnya.

Mengadakan pemilihan pada Januari akan secara efektif menghilangkan masalah sulit menyiapkan pemerintah sementara.

Upaya membentuk pemerintah sementara ditangguhkan pada musim panas hingga setelah Presiden Mahmud Abbas, yang memimpin Fatah, mengajukan permintaan resmi keanggotaan negara pada PBB pada 23 September lalu.

Pemilihan umum setempat yang sedianya berlangsung di Tepi Barat pada 22 Oktober. Tetapi penangguhan kembali dilakukan setelah dua kali terjadi pada tahun ini.

Kali terakhir Palestina mengadakan pemilihan adalah untuk pemilihan parlemen pada 2006, yang dimenangi Hamas dengan selisih suara sangat besar.

Pemilihan parlemen dan presiden baru seharusnya diadakan pada Januari 2010, tapi pemerintah Otonomi Palestina membatalkan upaya untuk mengadakan pemilihan setelah Hamas menolak menyelenggarakan pemilihan di Gaza.Pre

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement