Ahad 23 Oct 2011 08:03 WIB

Kamp Ashraf Ditutup, Pengungsi Iran Terancam Pembantaian Irak

Demonstran memegang petisi untuk Presiden Barack Obama melindungi pengungsi Iran di Kamp Ashraf yang terancam ketika AS menyerahkan sepenuhnya keamanan Irak kepada pemerintah Irak.
Foto: AP/Jose Luis Magana
Demonstran memegang petisi untuk Presiden Barack Obama melindungi pengungsi Iran di Kamp Ashraf yang terancam ketika AS menyerahkan sepenuhnya keamanan Irak kepada pemerintah Irak.

REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON - Ratusan pengunjuk rasa berkumpul, Sabtu, di Gedung Putih untuk meminta agar penutupan kamp pengungsi pengasingan Iran di Irak ditangguhkan. Mereka berdalih bahwa pembunuhan besar-besaran akan terjadi ketika tentara Amerika Serikat meninggalkan Irak.

Dengan mengenakan topi kuning dan melambaikan spanduk yang meminta "perlindungan bagi Kamp Ashraf", para pengunjuk rasa juga minta pada Presiden AS Barack Obama untuk mencabut kelompok Mujahidin Rakyat Iran (PMOI) dari daftar hitam kelompok teror.

''Dengan terus mencantumkan PMOI, AS telah merintangi jalan bagi perubahan di Iran sekaligus meratakan jalan bagi pembunuhan besar-besaran di Ashraf,'' kata pemimpin gerakan itu, Maryam Rajavi, dalam pesan yang disiarkan langsung dari Paris --tempat ia hidup di pengasingan.

Rajavi sebelumnya mengatakan bahwa pasukan Irak telah merampungkan pelatihan untuk serangan terhadap kamp itu. Kamp Ashraf sekitar 30 tahun lalu menampung sebanyak 3.400 pembangkang Iran. Para pengungsian itu kini akan menghadapi pengusiran pada akhir tahun atas perintah pemerintah Baghdad.

Pada Sabtu, ia telah minta AS, PBB dan pemerintah lainnya untuk menekan Irak agar memundurkan batas waktu 31 Desember bagi penutupan kamp itu. Mereka juga minta agar pengamat PBB dikirim ke Ashraf. Semua tentara AS di Irak, sesuai dengan rencana, akan ditarik pada akhir Desember.

Kamp Ashraf didirikan ketika Irak dan Iran berperang pada 1980-an. Kamp dibangun oleh PMOI dan kemudian ditempatkan di bawah pengawasan AS. Pasukan AS menyerahkan keamanan kamp itu kepada Irak pada Januari 2009.

sumber : Antara/AFP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement