REPUBLIKA.CO.ID, WINA – Sekitar 23 desainer Muslimah menggelar pameran bertajuk 'Eksperimen Jilbab' di Wina, Austria. Pameran itu bertujuan untuk memberikan informasi tentang jilbab berikut dengan isu yang menyertainya.
Anggota Asosiasi Pendidikan dan Pengajaran Model (IVY), Renater Tanzberger, menuturkan pengetahuan dunia barat terkait jilbab tergolong minim.
Itu sebabnya pameran ini memberikan kesempatan kepada Muslimah untuk mempresentasikan kepada publik pentingnya jilbab bagi mereka. "Saya saja kesulitan menjelaskan apa itu jilbab," papar Renater sebagaimana dilansir Abna.ir, Ahad (23/10).
Dilek Yucel, salah seorang peserta, segera unjuk kemampuan dengan membuat dua desain jilbab bertuliskan "Jilbab adalah milik saya". "Saya memilih slogan itu karena saya melihatnya bukan hanya sebagai simbol, melainkan ada nilai-nilai di dalamnya," papar Yucel.
Yucel mengaku telah mengenakan jilbab sejak berusia 19 tahun. Sebelumnya, dia tidak berani memakai jilbab. "Banyak temanku yang mengalami perlakuan diskriminatif saat mereka mengenakan jilbab. Tapi aku mulai sadar bahwa perlakuan itu merupakan bagian dari usaha untuk menerapkan Islam secara utuh," ujarnya.
Pakar Politik, Leila Hadj-Abdou menyatakan Islam begitu menghargai perempuan. Bentuk penghargaan itu terungkap dalam anjuran untuk mengenakan pakaian yang menutup aurat.
Ironisnya, oleh pihak tertentu, pakaian yang menutup aurat itu menjadi legitimasi menyudutkan Islam. "Untuk itu kami coba mengamati fenomena ini dalam sejumlah kasus yang disuarakan kelompok pembela hak perempuan dan kelompok sayap kanan Eropa," katanya.
Pameran ini terbuka untuk umum. Pameran dibuka Sabtu (22/10) kemarin dan berlanjut hingga 2 Desember 2011.