REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Seratusan santri dari 30 Pondok Pesantren yang tersebar di 17 kecamatan di Purwakarta, Jawa Barat, mengikuti pelatihan santri indigo. Kegiatan ini yang dilaksanakan di Ponpes Al Muhajirin ini atas kerja sama antara PT Telkom dengan Harian Republika. Para calon ustad dan ustadzah ini mengikuti serangkaian acara sejak Rabu (26/10) sampai Kamis (27/10).
Muhammad Najib, Manajer Area Telkom CS Karawang, mengatakan event ini merupakan angkatan kelima pada tahun ketiga. Purwakarta baru kali ini mendapat giliran. Rangkaian event ini akan berakhir pada Desember mendatang di Kota Depok.
Diakui Najib, saat ini perkembangan teknologi tidak bisa dipungkiri. Salah satunya dengan merebaknya perkembangan internet. Akan tetapi, internet seperti mata pisau yang tajam. Jika bisa menggunakannya, pisau ini bisa bermanfaat. Sebaliknya, bila tak bisa menggunakan maka akan menjadi musibah bagi penggunanya.
Saat ini, perkembangan teknologi sudah masuk sampai peloksok desa, termasuk pondok pesantren. Supaya dampak negatif dari internet ini bisa terminimalisasi, PT Telkom sudah berusaha memblok sejumlah konten negatif. Namun, masih ada konten negatif yang tak bisa diblok. "Dengan perkembangan teknologi ini, para santri bisa berdakwah tanpa ada batasan," kata Najib, di sela-sela acara Santri Indigo.
Menurut dia, santri pada zaman sekarang ini harus bisa melihat perkembangan ilmu pengetahuan dari luar. Salah satu caranya, tinggal mengakses internet. Dengan internet bisa melihat perkembangan dunia luar, termasuk perubahan-perubahan dalam pemahaman agama. Internet bisa menambah ilmu pengetahuan para santri.
Ke depan, PT Telkom dan Harian Republika akan terus bekerjasama untuk mengembangkan dan menyesuaikan kebutuhan masyarakat terhadap kecanggihan teknologi. Kepala Perwakilan Harian Republika Jawa Barat, Maman Sudiaman, mengatakan sejak 2000 internet sudah dikenalkan ke sejumlah pondok pesantren di sejumlah daerah. Bahkan, saat ini hampir sebagian besar santri sudah tak aisng lagi dalam mengakses internet.
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, mengatakan pihaknya mengapresiasi acara ini. Kegiatan ini merupakan langkah positif dalam mengubah paradigma pondok pesantren termasuk santrinya. Namun, yang pasti kultur (kebiasaan) di dalam lingkungan ponpes jangan pernah berubah.
Diakui Dedi, saat ini sudah banyak para dai atau ustadz dan ustadzah yang berdakwah melalui teknologi komunikasi. Dakwah secacara door to door sudah tak lagi efektif. Namun, cara dakwah yang efektif adalah melalui internet. "Dakwah dengan internet, tanpa harus mengetuk pintu, tapi sudah langsung masuk dan tepat sasaran," paparnya.