REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI - Pemimpin Dewan Transisi Nasional Libya (NTC) Mustafa Abdul Jalil meminta NATO untuk tetap tinggal di Libya sampai akhir tahun. Walaupun NATO yang membantu menumbangkan pemerintahan Muammar Qaddafi, sangat ingin meninggalkan negara itu dalam beberapa hari ke depan karena misinya telah selesai.
Abdul Jalil beralasan anak Qadafi dan kerabat lainnya masih banyak yang berada di Libya. Mereka, ujarnya, pasti ingin melarikan diri setelah ayahnya terbunuh minggu lalu.
“Kami meminta pasukan NATO tetap berada di Libya dan membantu kami menangkap para loyalis Qaddafi agar mereka tidak melarikan diri dari Libya dan dari tuntutan hukum di pengadilan,” katanya Rabu, (26/10).
Selain itu, Abdul Jalil juga meminta bantuan teknis dan logistik dari negara-negara tetangga. Sebab saat ini Libya kekurangan logistik karena pertempuran yang terjadi selama ini. “Kami juga mengharapkan bantuan dari negara-negara yang baik dan ramah,” katanya.
Meskipun NTC meminta NATO untuk tinggal, para pejabat NATO mengatakan, mereka hanya melaksanakan mandat PBB untuk melindungi warga sipil. Mandat PBB sendiri tidak bertugas untuk melindungi perorangan. Sehingga ketika misi telah usai pasukan NATO harus segera ditarik dari Libya.
Juru Bicara NATO Carmen Romero mengatakan, keputusan awal memang akan menarik pasukan NATO pada bulan ini. Namun keputusan formal akan dibuat minggu ini, apakah menarik pasukan NATO dengan segera atau tidak.
“Namun yang jelas, NATO masih memonitor perkembangan situasi di Libya. Sehingga jika tiba-tiba terdapat ancaman terhadap warga sipil di Libya, NATO bisa segera melakukan tindakan.” katanya.