REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kondisi keamanan di Papua yang memanas beberapa waktu terakhir ini membuat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuka suara. Presiden meminta agar persoalan papua diselesaikan secara jernih.
Menurut SBY meski otonomi khusus telah diberikan namun pada realitasnya gerakan politik, gangguan keamanan serta tindakan-tindakan yang mengancam kedaultan di Papua maupun Papua Barat masih terjadi. Untuk itu semua harus jernih melihat perkara ini dengan mengacu ketentuan hukum yang berlaku.
"Kita harus jernih, saudara-saudara di sana harus jernih, dunia, LSM internasional juga harus jernih melihat ini,"ujar Presiden, saat memimpin sidang kabinet paripurna perdana pasca reshuffle, di ruang rapat utama,gedung sekretariat negara, Kamis (28/10).
Menurut SBY, pemerintah telah melakukan kebijakan yang tepat. Tidak ada lagi operasi militer yang dilakukan secara massif yang sebelumnya pernah dilakukan. Satuan TNI bertugas menjaga keamanan dan kedaualatan Negara Kesaturan Republik Indonesia, sedangkan kepolisian menegakan hukum yang berlaku. Tidak ada aparat yang kebal hukum.
"Dalam menjalankan tugas jika mereka (aparat) salah maka mereka tidak kebal, mereka dapat kena sanksi,"tegas SBY.
Namun sebaliknya, lanjut SBY, jika ada pihak lain yang melanggar atau memiliki pikiran berbeda di luar NKRI maka hukum juga harus ditegakkan. "Aksi-aksi kekerasan yang menimbulkan korban di TNI,polisi, ataupun masyarakat maka hukum harus ditegakkan, untuk mengelola persoalan di Papua,"jelasnya.
Sekadar caatatan, kondisi di Papua semakin memanas beberapa waktu terakhir. Setelah terjadi baku tembak sebanyak dua kali antara polisi dengan kelompok sipil bersenjata pada Selasa (25/10), insiden penembakan terhadap polisi terjadi lagi pada Rabu (26/10) pagi.
"Pada Rabu (26/10) sekitar pukul 00.15 WIT telah terjadi penembakan terhadap mobil patroli di mil 35, Jalan Tembagapura," kata Kepala Bidang Humas Polda Papua, Komisaris Besar Polisi Wachyono, lewat layanan pesan singkat, Rabu (26/10).
Wachyono menerangkan mobil patroli yang ditembaki orang tak dikenal adalah milik PT Freeport Indonesia. Di dalam mobil patroli itu, lanjutnya, ada lima orang terdiri dari tiga anggota Brimob, yaitu Bripka Bambang, Bripka Leo, dan Bripka Hartawan dan dua petugas keamanan, yaitu P Pangamenan (sopir) dan Benyamin Sampe.
Sebelumnya Kapolsek Mulia, Kabupaten Puncak Jaya, AKP Dominggus Oktavianus Awes, tewas dieksekusi di Bandara Udara Mulia, Puncak Jaya, Papua, Senin (24/10), pukul 11.30 WIT.