REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI - Pasca-tertangkap dan tewasnya mantan pemimpin Libya, Muammar Qaddafi, NATO berencana mengakhiri misi mereka di negara itu. Namun, pemimpin sementara Libya, Mustafa Abdel Jalil, meminta kekuatan militer itu tetap berada di negerinya untuk mencegak pendukung loyal Qaddafi meninggalkan negeri itu.
"Kami memandang perlu keberadaan NATO untuk melanjutkan operasinya paling tidak sampai akhir tahun," kata Jalil dalam sebuah konferensi di Doha, Qatar.
Menurutnya, mencegak loyalis Qaddafi meninggalkan negeri itu adalah prioritasnya. "Kami membutuhkan juga bantuan teknis dan logistik dari negara tetangga dan negara sahabat," katanya.
Qatar adalah negara pertama yang mengakui legitimasi NTC dan membantu dengan air, senjata, dan keperluan lain hingga senilai 400 juta dolar AS. Belakangan juga terungkap, Qatar membantu mengirimkan tentaranya untuk melawan rezim Qaddafi.