Selasa 01 Nov 2011 16:19 WIB

Tobat, Mantan Rasis Kulit Putih Jalani 25 Kali Operasi Menyakitkan demi Singkirkan Tatto (1)

Bryon Widner, mantan suprmasis kulit putih menjalani tahapan operasi penghilangan tato di wajahnya.
Foto: AP
Bryon Widner, mantan suprmasis kulit putih menjalani tahapan operasi penghilangan tato di wajahnya.

REPUBLIKA.CO.ID, Julie Widner sangat cemas, ia takut suaminya akan melakukan hal ceroboh bahkan membuat dirinya tak bisa dikenali. "Kami sudah melangkah sejauh ini," ujarnya. "Kita telah meninggalkan gerakan itu, menciptakan kehidupan keluarga yang baik. Kami memiliki banyak alasan untuk hidup. Saya berpikir tentunya banyak orang di luar sana yang bisa membantu kami," imbuhnya.

Setelah menikah pada 2006, pasangan tersebut, mantan tokoh pilar gerakan supremasis kulit putih, (sang istri anggota National Alliance, sementara suami pendiri gang skinheads, Vinlnder) harus bekerja keras untuk melepaskan semua masa lalu rasis mereka di belakang. Mereka kini hidup lebih mapan, memiliki bayi dan anak pertama Julie telah menerima Bryon Widner sebagai ayahnya.

Namun permasalahannya, masa lalu yang bahkan masih terlihat nyata di saat ini, yakni tato simbol kebrutalan di seluruh tubuh hingga wajahnya, mulai pisau cukur penuh darah, swastika, dan kata-kata 'HATE', kebencian melekat di sepanjang lengannya.

Kemana pun ia pergi, Widner akan ditolak, baik di tempat kerja, toko dan restoran. Orang-orang memandangnya sebagai preman yang sangar dan garang bukan seorang ayah yang mencintai anaknya. Saat itulah Bryon menganggap mendapat kegagalan nyata.

Pasangan tadi pun mencari lewat internet mencoba untuk mempelajari bagaimana cara menghilangkan tatto dengan aman. Namun penghilangan menyeluruh tatto wajah sunggu amat langka dan sedikit dokter yang pernah melakukan operasi rumit semacam itu. Lagi pula, mereka tidak memiliki cukup biaya. Mereka hanya punya sedikit uang dan tak ada asuransi kesehatan.

Jadi, Widner pun mulai menginvestigasi resep, mencoba memelajari asam kulit dan solusi lain. Ia sampai pada kesimpulan dan berkata, "Saya mempersiapkan secara total untuk merendam wajah saya dalam asam."

Dalam kondisi putusa asa, Julie melakukan sesuatu yang dulu tak pernah terbayangkan oleh mereka. Ia menghubungi seorang pria kulit hitam yang dianggap musuh seumur hidup dalam sumpah seorang supremasis kulit putih.

Si pria kulit hitam yang dihubungi, Daryle Lamont Jenkins menjalankan sebuah kelompok anti-kebencian bernama One People's Project berbasis di Filipina. Aktivis berusia 43 tahun ini, memposting nama mereka alamat pada situsnya, mengingatkan orang-orang terhadap aksi dan mengorganisir protes tandingan.

Ia mendengar suara Julie seperti wanita yang tengah dirundung masalah. "Bukan masalah bagaimana dia dan apa yang ia yakini dulu," ujarnya. "Namun disini ia adalah seorang istri dan ibu yang menyiapkan untuk melakukan apa pun untuk keluarganya."

Jenkins menyarankan bahwa Widner mengontak T.J. Leyden, mantan Marinir skinhead neo-Nazi yang dikenal karena meninggalkan gerakan itu pada 1996 dan sejak itu mempromosikan toleransi. Lebih dari siapa pun, Leyden memahami perasaan mengutuk diri sendiri yang dialami Widner. Juga bahaya yang mengancam.

"Bersembunyilah dari pandangan orang-orang," sarannya. "Pegang orang-orang yang anda percaya." Lebih penting lagi, imbuh Leyden, hubungi Southern Poverty Law Center (SPLC). "Jika masih ada orang yang dapat membantu, itulah pasti orang-orang tersebut."

Ketika Widner menelpon SPLC, Joseph Roy yang menerima berkata, "Itu seperti mendengar Osama bin Laden yang masih aktiv menelpon."

Roy adalah kepala investigator kebencian dan grup ekstrimis di SPLC. Organsiasi hak sipil nirlaba berbasis di Montgomery, Alabama ini melacak jejak grup-grup rasis dan kebencian, milisia dan ekstrimis. Mereka sangat agresif melakukan langkah hukum dan beberapa kali berhasil menutup grup-grup supremasis kulit putih, membuat bankrut pemimpin mereka dan memenangkan jutaan dolar kompensasi untuk korban mereka.

 

Kisah Bryon Widner dapat dibaca disini

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement