REPUBLIKA.CO.ID, PARIS - Indonesia akan berbagi pengalaman mengenai upaya menjaga dan memelihara keragaman budaya dalam sesi khusus di UNESCO memperingati 10 tahun deklarasi keragaman budaya yang akan berlangsung di Paris, Prancis Selasa (2/11) waktu setempat.
Juru bicara Presiden Julian Aldrin Pasha kepada wartawan di Paris Senin (1/11) malam atau Selasa (2/11) dinihari WIB mengatakan pengalaman itu akan disampaikan Presiden dalam pidato di sesi khusus tersebut.
"Multikultural semua orang tahu, memang banyak untuk perbedaaan culture tapi untuk bisa memahami satu sama lain tidak cukup dengan hanya toleran. Banyak negara termasuk Prancis yang melakukan bahwa ok kita tahu bahwa ada banyak perbedaan dalam budaya tapi kita tidak bisa serta merta mengatakan bahwa kebudayaan itu suatu kemajemukan. Karena sering kali harus balik timbul konflik," kata Julian.
Ia menambahkan,"Ini penting bagi Indonesia untuk menyuarakan apa yang bisa kita lakukan kepada dunia, pesan kita melalui pengalaman Indonesia bagaimana sumbangan pemikiran yang bisa kita berikan yang sebaiknya dlakukan dalam kemajemukan yaitu unity. Itu yang menjadi tugas dan tanggung jawab dari banyak negara yang saat ini memang menghadapi persoalan yang kompleks baik di negara sendiri maupun di kawasan,"
Julian menambahkan bahwa pemahaman tentang keragaman budaya yang dilaksanakan dengan baik akan membawa kedamaian.
"Yang menarik isunya adalah bagaimana bisa mendamaikan banyak pihak yang bisa sangat berbeda latar belakang budaya. Itu tidak bisa hanya semata-mata slogan dengan suatu kekayaan budaya. Itu yang mau disampaikan Presiden. Karena jauh lebih penting kita melihat kenyataan bahwa perbedaan itu ada muncul potensi konflik permasalahn juga tapi bagaimana kita mengelola tanpa menutup mata terhadap perbedaan tadi," tegasnya.
United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) merupakan organ Perserikatan Bangsa-Bangsa yang didirikan pada 16 November 1945 melalui penandatanganan konstitusi UNESCO oleh 37 negara. Konstitusi itu sendiri baru berlaku pada 1946 setelah Yunani menjadi negara ke-20 yang meratifikasinya.
Badan PBB itu mempunyai tujuan untuk menciptakan perdamaian melalui pengetahuan dengan melaksanakan strategi yang berdasarkan prinsip dan norma universal serta nilai-nilai bersama di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, budaya dan komunikasi/informasi.
Strategi dasar UNESCO dalam menjalankan misinya tersebut adalah dengan membuka jalan menuju ilmu pengetahuan serta memperluas komunikasi dan saling pengertian di antara sesama manusia.
Saat ini badan PBB tersebut memiliki 193 negara anggota dan tujuh asosiasi internasional.