REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Ramin Mehmanparast mengatakan aksi perlawanan rakyat di Timur Tengah dan Afrika Utara berarti kekalahan bagi Amerika Serikat, demikian laporan stasiun Press TV, Rabu (2/11).
Amerika Serikat kehilangan sekutu regionalnya setelah revolusi dan aksi perlawanan di seluruh Timur Tengah dan Afrika Utara, kata Mehmanparast. "Amerika kebingungan dan keheranan dalam keputusan dan prilaku mereka dalam menghadapi revolusi regional," kata Mehmanparast sebagaimana dikutip.
Ia merujuk kepada tuduhan AS baru-baru ini mengenai keterlibatan Teheran dalam rencana teror guna membunuh utusan Arab Saudi dan upaya seperti itu ditujukan untuk mengalihkan perhatian masyarakat dari gelombang perlawanan rakyat di wilayah tersebut, demikian laporan Xinhua --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Kamis pagi.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran itu menyatakan mayoritas warga Amerika takkan menerima skenario palsu Washington terhadap Republik Islam tersebut, kata media satelit Press TV.
Pada Oktober, Amerikat Serikat menyatakan Republik Islam Iran terlibat dalam menaja dan mendorong kegiatan teror di luar negeri, termasuk rencana untuk membunuh duta besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat. Iran dengan keras telah membantah tuduhan itu.
Republik Islam tersebut juga menuntut permintaan maaf resmi dari Amerika Serikat berkaitan dengan tuduhan anti-Iran dan pemberitaan palsu media yang menyatakan bahwa Teheran berencana membunuh duta besar Arab Saudi untuk Washington.
Dalam surat terakhir kepada pemerintah AS, Iran bersikeras bahwa pihak berwenang Amerika harus meminta maaf kepada pemerintah dan rakyat Iran karena telah melontarkan tuduhan palsu yang terhadap Teheran tentang pelanggaran norma dan peraturan internasional.
Surat tersebut telah diserahkan ke Kedutaan Besar Swiss di Teheran --yang mewakili kepentingan AS di Iran sejak Teheran dan Washington memutuskan hubungan diplomatik pada tahun 1980.