REPUBLIKA.CO.ID, DEN HAAG - Sepasukan tentara bayaran mungkin mencoba untuk membantu anak Muammar Qaddafu, Saif al-Islam Qaddafi keluar dari Libya, kendati orang-orang dekatnya menyatakan dia akan menyerahkan diri pada Pengadilan Kriminal Internasional. Hal ini diungkapkan Kepala Jaksa ICC Luis Moreno- Ocampo, Rabu.
Dalam sebuah laporan kepada Dewan Keamanan PBB mengenai situasi Libya, Moreno-Ocampo juga mengatakan "ratusan perkosaan" terjadi dalam konflik Libya tahun ini. Ia menyatakan, penyelidikan terus dilakukan atas kekejaman pasukan Libya, tentara bayaran, dan pasukan anti-pemerintah. Selain itu, pihaknya juga akan menyelidiki kematian warga sipil Libya yang diduga diakibatkan serangan udara NATO.
"Ada dugaan lagi," kata Moreno-Ocampo. "Ada tuduhan serius terhadap beberapa aktor."
Karenanya, ia meminta Dewan Keamanan PBB untuk "melakukan segala langkah" agar Saif al-Islam dan kepala intelijen era Qaddafi, Abdullah al-Senussi tidak berhasil meloloskan diri.
Kedua pria ini sebelumnya didakwa oleh ICC dengan kejahatan terhadap rakyat Libya selama konflik.
"Terserah Saif Al-Islam Gadhafi dan Abdullah al-Senussi untuk memutuskan apakah mereka akan menyerahkan diri, tetap bersembunyi, atau mencoba untuk melarikan diri ke negara lain," kata Moreno-Ocampo dalam laporan.
Moreno-Ocampo mengatakan ICC telah menawarkan kepada Saif al-Islam kemungkinan transfer aman ke Den Haag untuk diadili dengan perwakilan hukum. "Kita tidak bisa bernegosiasi," kata Moreno-Ocampo. "Kami menawarkan apa yang kami dapat menawarkan dia."
Dia tidak dapat mengatakan di mana Qaddafi sekarang berada.