Kamis 03 Nov 2011 14:57 WIB

Dimana Mayat Stalin Disimpan?

stalin
stalin

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW --  Setengah abad lalu, Uni Soviet diam-diam memindahkan jenazah diktatornya, Josef Stalin dari mausoleum di Lapangan Merah. Jenazah Stalin dipindahkan pada 31 Oktober 1961 secara sembunyi-sembunyi dari posisinya di sebelah jenazah pemimpin revolusi Rusia Vladimir Lenin.

Bagi rakyat Rusia, nama Stalin memang dibenci namun juga dipuja. Sejak keruntuhan Uni Sovyet beberapa tahun yang lalu, banyak orang Rusia justru malah merindukan sosok Stalin sebagai penguasa.

Sosok Stalin sewaktu berkuasa memang luar biasa kejam. Jutaan orang dikirim ke kamp-kamp paksa di daerah Siberia. Ia pun tak segan membunuh lawan-lawan politiknya. Beberapa tokoh pendiri Sovyet yang sempat berjasa bersama Lenin mendirikan negara ini, dihabisinya tanpa ampun. Leon Trotsky, sahabat dekat Lenin yang juga menjadi salah satu 'Founding Fathers; negara komunis ini, dibunuh Stalin, gara-gara rivalitas kepemimpinan.

Tak heran, setelah ia tewas, banyak orang Sovyet merasa lega. Malah pada 1956, untuk pertama kalinya pimpinan sovyet saat itu, Nikita Khrushchev mengungkap kejahatan  Stalin pada Kongres Partai Komunis ke-20. Kebencian Khrushchev juga diperlihatkannya ketika ia memindahkan jenazah Stalin dari mausoleum. Pemindahan ini disetujui oleh Partai Komunis Sovyet dan alasan pemindahan ini karena Stalin dianggap menyalahi prinsip-prinsip Leninisme, penyalahgunaan kekuasaan dan penindasan besar-besaran terhadap rakyat tak berdosa.

Namun, karena saat itu, pengikut Stalin masih banyak, operasi pemindahan penyingkiran jenazah Stalin itu dilakukan beberapa hari kemudian karena Khrushchev takut pada reaksi para pendukung Stalin. Saat itu, Polisi menutup Lapangan Merah pada pukul 6 sore dibawah kamuflasi parade militer yang diselenggarakan pada 7 November untuk menandai ulangan tahun Revolusi. Kendaraan-kendaraan militer memenuhi Kremlin sehingga tak seorang tahu apa yang sebenarnya terjadi di Lapangan Merah.

Berdasarkan memoar KGB dari keterangan Fedor Konev, komandan pasukan penjaga Kremlin waktu itu, para prajurit menggali kuburuan persis di bawah  mausoleum di kaki dinding Kremlin.

Mereka kemudian mengambil jenazah Stalin lalu ditempatkan di sebuah peti mayat tertutup, dan akhirnya dikerek ke bawah oleh delapan perwira. Operasi pemindahan jenazah Stalin itu rampung sebelum tengah malam tiba. Anak perempuan Stalin, Svetlana Alliluyeva, waktu itu tidak diundang. Hanya anggota komisi yang bertanggungjawab dalam operasi itu saja yang ikut serta, serta para perwira KGB dan tentara.

Keesokan paginya, warga kota Moksow kaget mendapati jenazah sang diktator yang dikremasi itu hilang dari mausoleum.

Khrushchev sebenarnya menginginkan Stalin dikuburkan di pemakaman Novodevichy Convent di Moskow, tempat peristirahatan terakhir para tokoh besar Soviet dan Rusia.

Namun dia berubah pikiran. Menurut kepala keamanan mausoleum Konstantin Moshkov, hal ini terpaksa dilakukan karena takut para pendukung fanatik Stalin akan mencuri mayat itu dari pemakaman umum.

Kampanye-kampanye destalinisasi juga berlangsung di tempat-tempat lain. Yang paling fenomenal misalnya Stalingrad yang menjadi medan perang terkenal pada Perang Dunia II diganti menjadi Volgograd, sementara kota-kota lain dan juga perusahaan-perusahaan yang bernamakan Stalin diubah lagi namanya.

Sampai kini, tempat peristirahatan Stalin masih berbentuk makam di depan benteng Kremlin yang digali mendadak pada malam 31 Oktober 1961.

Tempat itu secara rutin ditaburi melati oleh para anggota Partai Komunis Rusia dan berada dalam komplek Kremlin, berdampingan dengan para tokoh terkenal dalam sejarah Rusia dan Soviet. Namun pertanyaannya,  apakah mayat Stalin dikuburkan di tempat itu? atau di tempat lain?

Pertanyaan itu sampai sekarang belum terjawab.

Berdasarkan jajak pendapat di Rusia yang dipublikasikan April 2011 lalu, 26 persen warga yakin bahwa peran Stalin sangat positif. Angka ini naik dibandingkan angka tahun 2007 yang mencapai 15 persen. Hanya 24 persen responden yang memandang Stalin negatif.

sumber : afp
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement