Kamis 03 Nov 2011 15:37 WIB

Perkuat Identitas Secara Luwes, Muslim Thailand Informasikan Diri Lewat Majalah

Rep: Agung Sasongko/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Gadis pelajar Muslim melihat dari bus kota di propinsi Narathiwat, Thailand Selatan.
Foto: AP
Gadis pelajar Muslim melihat dari bus kota di propinsi Narathiwat, Thailand Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK - Bukan sarung, teh, Masjid atau Peci. Tapi keseluruhan dari komunitas Muslim Thailand, sebagai identitas, dikemas dalam informasi menarik untuk publik luas.

Itulah misi yang tertuang dalam free magazine “ Salamart”, majalah yang secara khusus mengekspos komunitas Muslim Thailand dari berbagai sisi. Di edisi perdana, majalah ini membahas tentang produk Halal. Mereka membahas produk halal dengan gaya bahasa kontemporer untuk menghindari kesan kaku soal produk halal.

“Kita berbicara tentang Muslim, bukan agama. Kami bukan bermaksud untuk menafikan Islam, tapi kami percaya, Muslim sudah identik dengan agama,” papar Furaqon Ismail, 31, anggota tim redaksi Salam Art, seperti dikutip Bangkokpost.com, Kamis (3/11).

Furqan memastikan apa yang disajikan merupakan bagian dari identitas Muslim Thailand. Sebuah identitas yang mendefinisikan Islam sebagai seni perdamaian, seni hidup dan Islam sebagai kacamata kehidupan,

Rekannya, Ilyas Daengvijit, menambahkan sosok Nabi Muhammad SAW merupakan inspirasi majalah ini dalam mengambarkan kehidupan seorang Muslim kepada masyarakat. “Prilaku Rasullah mencerminkan kehidupan seorang Muslim. Kami melihat beliau menampilkan Islam begitu indah dan bersahaja,” kata dia.

Zalma, anggota tim redaksi lainnya, mengatakan majalah ini dibuat dengan harapan dapat dibaca semua lapisan masyarakat, tidak hanya terbatas kalangan Muslim. “Kami berharap masyarakat Thailand akan memandang Islam dan Muslim dalam sudut pandang berbeda. Sudut pandang yang mungkin tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya,” ujarnya.

Menurutnya, kesalahpahaman tentang identias Muslim Thailand tidak terlepas dari kalangan Muslim sendiri. Muslim Thailand seolah sulit berkomunikasi dengan masyarakat Thailand lantaran belum memahami identitasnya sendiri. “Jadi, bagaimana kita bisa berkomunikasi secara efektif,” imbuhnya.

Karena itu,  lanjut Zalma, majalah ini akan memperluas konsep tentang Islam melalui bahasan yang mudah dipahami non-muslim. Mereka tidak berniat untuk menjadi moderat atau garis keras dalam mendefinisikan Islam dan Muslim.

''Kami berada di tengah-tengah. Tapi kami akan berusaha memapakan apa yang menjadi pemikiran tanpa kehilangan kualitas dan menemukan keseimbangan yang tepat, ” kata Furqan.

Furqan menyatakan Muslim Thailand tidak perlu menyalahkan orang lain  atas kehidupan serba sulit. Ia juga menegaskan seorang Muslim Thailand juga tidak perlu malu dengan identitasnya sebagai minoritas.

“Kami berencana untuk menampilkan perempuan berjilbab dalam cover depan. Namun, ulama berpendapat untuk tidak menampilkan sosok perempuan. Kami pun menggunakan ilustrasi."

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement