REPUBLIKA.CO.ID, ALJIERS - Para menteri luar negeri Liga Arab akan bertemu di ibu kota Maroko, Rabat, pada Rabu, untuk membahas krisis Suriah. Rencana itu diungkapkan juru bicara kementerian luar negeri Aljazair Amar Belani.
"Kami telah memutuskan pertemuan para menlu Liga Arab pada 16 November di Rabat, mengenai Suriah," ujarnya di sela forum antara Turki dan negara-negara Arab, kata Belani pada AFP, Ahad (13/11).
Belani mengatakan bahwa pada pertemuan di Kairo pada 2 November lalu, para menlu Arab telah memutuskan akan memberi Suriah waktu 15 hari untuk melaksanakan rencana damai yang Damaskus telah setujui dengan Liga itu. Keputusan Sabtu untuk menangguhkan keanggotaan Suriah dari Liga Arab, dengan demikian, tidak konsisten dengan keputusan sebelumnya, katanya.
Sebelumnya pada Ahad, Menlu Aljazair Mourad Medelci memberi kesan bahwa penangguhan Suriah oleh Liga Arab dari jajarannya hanyalah mementara. "Penangguhan Suriah itu sementara dan kami akan dapat mencabutnya secepat mungkin," katanya pada konferensi pers bersama dengan Menlu Mesir Mohammed Kamel Amer.
Medelci juga mengatakan bahwa Aljazair tidak akan menarik duta besarnya dari Damaskus, yang mana Liga Arab telah memberi kesan beberapa anggotanya telah mempertimbangkannya. Di Rabat, seorang pejabat Maroko pada Ahad mengkonfirmasi pertemuan itu akan berlangsung, tapi tanpa Turki yang bukan anggota Liga Arab mengambil bagian.
Agenda untuk pertemuan Rabu termasuk penilaian atas ukuran dimana Suriah telah melaksanakan perjanjiannya pada 2 November dengan Liga Arab untuk mengakhiri penumpasannya terhadap demonstran.
Rencana itu mencakup komitmen dari Suriah untuk menarik tentaranya dari kota-kota yang merupakan pusat demonstrasi anti-pemerintah dan untuk membebaskan para demonstran yang ditangkap sejak awal demonstrasi.
Para menlu Liga pada pertemuan di Kairo, Sabtu, memutuskan dengan suara 18-22 untuk menangguhkan Suriah yang akan berlaku mulai 16 November karena kegagalannya memenuhi perjanjian tersebut.
Menlu-menlu itu merekomendasikan penarikan utusan-utusan Arab dari Damaskus dan menyetujui sanksi, sementara mengundang "semua oposisi sekarang ini di Suriah" untuk bertemu di markas besarnya di Kairo.
Menurut PBB, kekerasan itu sejauh ini telah menyebabkan 3.500 orang tewas sejak pertengahan Maret lalu.