Senin 14 Nov 2011 14:50 WIB

Ical: Proses Politik Masih Didominasi Intrik

Rep: mansyur faqih/ Red: taufik rachman

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA—Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie menilai, proses politik masih diwarnai oleh intrik. Bukan ide dan konsep. Ia pun mengajak untuk mengganti proses intrik tersebut menjadi perdebatan konseptual yang saat ini masih belum terjadi.

Sementara itu, dalam pernyataan politik partai yang dibacakan Ketua DPP Partai Golkar, Aulia Aman Rachman, dijelaskan kalau partai tersebut berjuang untuk mengembangkan tradisi persaingan politik secara berkualitas dan beretika.

Dikatakan pula kalau Partai Golkar menolak praktik politik yang menyulut dan mengumbar permusuhan, fitnah, serta intrik. Semua itu tak hanya membuat kualias kehidupan demokrasi merosot, namun juga menghancurkan esensi budaya demokrasi substansial dan sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

‘’Partai Golkar berpendapat, demokrasi bukanlah semata-mata proses politik, tapi merupakan sistem politik yang sarat nilai, yang harus dijalankan demi rakyat dengan manajemen yang berkualitas dan beretika,’’ kata Aulia, di gedung DPP Partai Golkar, Jakarta, Senin (14/11).

Demokrasi, lanjutnya, berbeda dengan ajang perebutan kekuasaan yang menghalalkan segala cara demi suara terbanyak. Makanya, kematangan dalam berdemokrasi harus sejalan dengan penataan sistem demokrasi itu sendiri. Kalau tidak, maka demokrasi hanya fatamorgana.

Meskipun begitu, Partai Golkar menegaskan dukungannya kepada pemerintah yang sekarang hingga 2014. ‘’Partai Golkar menegaskan posisinya sebagai ‘mitra sejati’ pemerintahan SBY-Boediono, ramah tapi tegas, kritis tapi objektif, solutif dan konsisten, lembut dan santunn tapi tetap keras dan berani bersikap ketika diperlukan,’’ tambah Aulia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement