REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH - Keberadaan jamaah haji non kuota yang diperkirakan mencapai 5.000 jamaah memang mengganggu kerja para petugas pelayanan haji. Mereka kerapkali meminta bantuan petugas dengan mengaku sebagai jamaah haji khusus.
‘’Penyelenggaran haji tahun ini –termasuk penangangan haji khusus (ONH) plus berjalan lebih baik. Namun, pada satu sisi kami mengakui masih adanya gangguan yang berupa jemaah nonkuota karena selalu menyebut sebagai haji khusus. Keberadaan mereka selalu meropetkan selama di Tanah Suci,” kata Kabid Pengendalian dan Pengawasan Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus (PIHK) Arab Saudi Ahda Barori, Sabtu (19/11).
Yang kadang menimbulkan keprihatinan, imbuhnya, para jemaah yang menjadi korban karena harus membayar sampai ratusan juta sehingga melampaui biaya yang telah ditetapkan PIHK resmi. Selain itu, lanjutnya, jemaah nonkuota saat tiba di Tanah Suci juga selalu dimintai uang lagi.
‘’Jumlahnya uang yang diminta sesampainya di tanah suci juga cukup lumayan, sedang fasilitas yang diterimanya tidak sesuai yang dijanjikan. Untuk itu, kepada masyarakat di Tanah Air berhati-hatilah dalam memilih penyelenggara ibadah haji,’’ katanya.
Ia mencontohkan, setelah sampai di tanah suci kebanyakan jamaah haji non kuota ditelantarkan para pengurus travelnya. Kondisi ini akan sangat memprihatinkan bila kemudian jamaah mereka ini tersesat, sakit, atau meninggal dunia.
’Kebanyakan tak ada yang mengurus. Kalau yang tersesat dibiarkan. Kalau yang meninggal sampai berhari-hari tidak ada yang mengurus jenazahnya. Nah, kalau tersesat mereka merepotkan petugas resmi karena sudah dikenali tempat tinggalnya,’’ katanya.
Salah satu contoh tragis dari jamaah non kuota itu menimpa Abdul Khair Muthalib, yang berangkat dari Samarinda, Kalimantan Timur. Ketika jamaah sakit tak ada satu pun pengurus travelnya yang datang membantunya. Bahkan, sampai beberapa hari setelah meninggal, jenazahnya sempat terlantar di Balai Pengobatan Haji Indonesia Makkah.
Para pengurus travel yang memberangkatkan dia, baru tahu setelah pihak Daker Makkah mengumumkan adanya jamaah Indonesia tanpa identitas melalui berbagai pamflet yang disebar di berbagai wilayah pondokan jamaah haji Indonesia. Saat itu baru para pengurusnya yang berasal dari Travel Al Arsyad Tour & Travel tahu akan keberadaan jamaahnya itu.
‘’Itu pun setelah kami panggil ke Daker. Rupanya ini juga orang yang pada tahun lalu sudah pernah kami panggil karena kasus jamaah haji non kuota juga,’’ kata Zainal Abidin, Staf PIHK Daker Makkah.