REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG - Pengamat hukum internasional Welem Wetan Songa berpendapat, rencana pembangunan pangkalan militer Amerika Serikat di Darwin tidak terlepas dari kepentingan negara adidaya itu di Laut Timor dan sumber daya alam (SDM) yang dimiliki Indonesia.
"Kesepakatan yang dibangun bersama Australia untuk membangun pangkalan di Darwin hanya sebuah alasan, tetapi saya yakin bahwa Amerika Serikat memiliki kepentingan atas sumber daya mineral di perairan Laut Timor dan juga sumber daya alam lainnya yang ada di Indonesia," kata Welem Wetan Songa, di Kupang, Rabu terkait motivasi Amerika Serikat membangun pangkalan militer di Darwin.
Wetan Songa ditanya seputar motivasi Amerika Serikat dan apakah ada kepentingan ekonomi Amerika Serikat terkait dengan cadangan minyak di Celah Timor serta bagaimana Amerika Serikat memandang Indonesia yang kaya Sumber Daya Alam dan strategi di Asia Pasifik sehingga menggeser pangkalan dari Okinawa, Jepang ke Tenggara di Darwin.
Pemerintah Amerika Serikat berencana membangun pangkalan militer AS di Darwin, Australia Utara yang dimulai pada 2012 dengan menempatkan 2.500 anggota Marinir AS di pangkalan tersebut.
Menurut Wetan Songa, wilayah laut Timor memiliki cadangan minyak yang sangat tinggi dan Amerika Serikat memiliki setelah gagal menaklukan negara-negara minyak di Timur Tengah.
"Jadi Amerika Serikat berkepentingan dari aspek ekonomi karena kekayaan minyak di Laut Timor berlimpah dan juga sumber daya alam Indonesia," katanya.
Karena itu, Pemerintah Indonesia tidak boleh menganggap sepele dengan kehadiran pangkalan militer di Darwin tetapi harus mengambil langkah-langkah untuk antisipasi jangka panjang, kata dosen hukum internasional pada Universitas Nusa Cendana Kupang ini.
Mengenai pilihan ke Darwin dan bukan ke Timor Leste, dia mengatakan, dalam hubungan kerja sama internasional, selalu dilihat dari sudut pandang ekonomi dan sumber daya manusia maupun sumber daya alam yang dimiliki sebuah negara.
Timor Leste kata dia, dari segi ekonomi dan sumber daya alam maupun sumber daya manusia masih terbatas. Selain itu, dalam hubungan ketatanegaraan, Timor Leste juga masih bergantung pada negara lain seperti Portugal dan juga tentu Indonesia.
Dalam konteks ini maka Amerika Serikat sebagai sebuah negara yang maju tentu tidak akan memilih Darwin jika dihadapkan pada dua pilihan antara Darwin atau Timor Leste dalam membangun hubungan internasional, kata Wetan Songa.
Pandangan yang hampir senada disampaikan pengamat hukum internasional dari Universitas Nusa Cendana Kupang DW Tadeus SH MHum yang mengatakan Amerika Serikat memiliki kepentingan yang besar atas minyak di Laut Timor, sehingga memandang penting untuk membangun pangkalan militernya di Darwin, Australia.
"Selain untuk menjaga stabilitas politik dan keamanan di kawasan ASEAN, AS juga berkepentingan atas cadangan minyak di Laut Timor untuk kebutuhan dunia di masa datang setelah gagal menaklukkan negara-negara minyak di kawasan Timur Tengah," kata Tadeus.