REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH - Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh tiba di Riyadh, Arab Saudi, Rabu untuk menghadiri upacara penandatanganan proposal yang bertujuan untuk mengakhiri emikian informasi yang beredar, yang bersumber dari seorang pejabat Yaman.
Segera setelah Salehmenandatangani inisiatif yang diajukan Dewan Kerjasama Teluk, kekuasaan eksekutif akan ditransfer ke Wakil Presiden Abdo Rabu Mansour Hadi. "Efektif dengan segera," kata Mohammed Albasha, juru bicara Kedutaan Yaman di Washington, dalam sebuah pernyataan.
"Ini perjanjian yang monumental diharapkan akan mengakhiri gejolak 10 bulan di Yaman," kata Albasha.
Saleh akan tetap secara permanen di Arab Saudi setelah dia menandatangani kesepakatan itu, kata satu sumber kepresidenan mengatakan.
Seorang pejabat pemerintah Yaman mengatakan tidak jelas apa yang akan dilakukan Saleh setelah penandatanganan.
"Semuanya tak terduga dengan Saleh. Dia yang jelas akan melakukan beberapa pemeriksaan kesehatan," kata pejabat, yang minta namanya dirahasiakan. "Setidaknya untuk periode sekarang, itu masuk akal ia akan tinggal di Saudi selama beberapa waktu."
Pekan lalu, Saleh mengatakan kepada televisi France24 bahwa ia akan meninggalkan kursinya "dalam waktu 90 hari" dari kesepakatan dengan dewan.
Perjanjian yang ditengahi Dewan Kerja Sama Teluk -- yang didukung oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa -- akan memungkinkan Saleh untuk mundur dari kekuasaan dengan jaminan bebas dari tuntutan hukum. Tapi perjanjian juga memungkinkan Saleh untuk mempertahankan posisi presiden selama 90 hari, sampai pemilu diadakan, menurut seorang diplomat Barat di Yaman.
Anggota oposisi akan hadir pada saat penandatanganan, kata para pejabat.