REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Amerika Serikat harus minta maaf kepada Pakistan jika penyelidikan resmi menunjukkan serangan udara NATO pada akhir pekan lalu, yang menewaskan 24 tentara Pakistan, adalah kesalahan, kata senator kunci Amerika Serikat pada Selasa (29/10).
Tanggapan ketua Panitia Sandi Senat Dianne Feinstein itu muncul saat lembaganya secara tertutup akan mendengar keterangan dari Letnan Jenderal Ronald Burgess, direktur Badan Sandi Pertahanan Amerika Serikat, tentang serangan tersebut.
"Saya percaya bahwa jika membuat kesalahan, kita harus mengakuinya. Kita harus minta maaf," kata Feinstein, anggota Demokrat dari California, kepada kantor berita Prancis AFP.
"Tapi, jika kita tidak membuat kesalahan dan pihak lain adalah yang pertama menembak, kami akan menanggapi," katanya.
Pakistan pada Selasa memutuskan memboikot muktamar penting antarbangsa tentang Afghanistan pada Desember, memperluas kecamannya atas serangan lintas perbatasan NATO dan memperburuk kemelut mendalam dalam hubungan dengan Amerika Serikat.
Kabinet Pakistan mengambil keputusan itu sepekan sebelum perundingan 5 Desember di kota Bonn, Jerman, dengan membuka kemungkinan kebalikan jika Islamabad untuk sementara mendapat jaminan.
Pakistan telah menutup perbatasan Afghanistan untuk iringan NATO, jalur perbekalan untuk 140.000 tentara asing di Afghanistan, memerintahkan tentara Amerika Serikat mengosongkan pangkalan udara, yang dikabarkan digunakan pesaeat tanpa awak badan sandi negara adidaya itu, CIA, dan memerintahkan peninjauan persekutuan tersebut.
Feinstein menyatakan terdapat campur-aduk pandangan atas yang terjadi, sehingga ia berharap jenderal Burgess dapat memberi gambaran lebih lengkap tentang yang terjadi.
"Hal pertama adalah siapa menembak pertama, apa alasan serangan itu, siapa mengundang gerakan NATO-Amerika Serikat itu dan mengapa, betulkah tentara Pakistan itu tidur?" kata Feinstein.
Menteri Luar Negeri China Yang Jiechi berbicara kepada timpalan Pakistan-nya Hina Rabbani Khar pada Senin dan mengungkapkan terkejut atas serangan itu, kata pernyataan pemerintah.
"Semua negara di dunia dan lembaga antarbangsa harus sepenuhnya menghormati kemerdekaan, kedaulatan dan keutuhan wilayah Pakistan, kata Yang dalam pernyataan itu.
Menteri luar negeri Rusia, saat menanggapi serangan udara lintas-perbatasan NATO, yang menewaskan 24 tentara Pakistan, pada Senin menyatakan kedaulatan negara harus selalu ditegakkan, bahkan ketika mengejar 'teroris'.
"Menteri Luar Negeri Rusia menekankan bahwa melanggar kedaulatan negara tidak dapat diterima, termasuk dalam perencanaan dan pelaksaan gerakan menumpas teroris," kata pernyataan kementerian itu.
Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu menghubungi rekannya, Menlu Pakistan Hina Rabbani Khar, untuk mengungkapkan kesetiakawanan terhadap rakyat dan pemerintah Pakistan atas serangan NATO/ISAF, yang menewaskan 24 tentara, kata Departemen Luar Negeri Pakistan pada Ahad.
"Sementara berterima kasih kepada Menteri Luar Negeri Davutoglu atas pernyataan kesetiakawanannya, Menteri Luar Negeri Khar mengutuk dalam istilah paling keras serangan tak beralasan dan benar-benar tidak dapat diterima oleh NATO/ISAF, yang menunjukkan ketidakpedulian sepenuhnya terhadap hukum antarbangsa dan hidup manusia," kata pernyataan Kementerian Luar Negeri itu.
Davutoglu meyakinkan Khar bahwa Turki sebagai anggota NATO akan meminta penyelidikan tidak memihak mengenai serangan itu, kata Departemen Luar Negeri. Ditambahkannya bahwa kehilangan nyawa sejumlah tentara Pakistan itu sesakit kehilangan tentara Turki, katanya.