REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Anggota Komisi V DPR secara umum menilai pemerintah gagal mengobservasi bangunan Jembatan Kutai Kartanegara (Kukar). “Runtuhnya jembatan itu karena kegagalan konstruksi pembangunan,” kata anggota Komisi V Fraksi PDIP Rendy MA Lamadjido, Kamis (1/12) malam.
Hasil investigasi para analisis pakar, teknokrat, hingga hasil kasat mata kunjungan anggota Komisi V DPR Rabu lalu, kata Rendy, menemukan ada pergeseran tiang pylon delapan hingga sepuluh cm. Jembatan tersebut juga mengalami penurunan gelagar hingga 50 cm.
Rendy menilai pengawasan jembatan oleh pemerintah pusat terkesan saling melempar tanggung jawab. "Pergeseran sampai sepuluh cm, gelagar turun sampai 50 cm kok dibiarkan? Pemerintah harusnya menutup jembatan itu,” ujar Rendy.
Direktur Utama PT Perencana Jaya Bambang Wiyanta menyatakan, sebelumnya pihaknya sudah melakukan perencanaan dan desain seakurat mungkin. Model bangunan jembatan Kukar itu bahkan, kata dia, sudah dilakukan uji coba terlebih dahulu.
Kehandalan jembatan ini sudah diujicoba di terowongan angin Universitas Monash Australia. Kabel utama jembatan dibuat di Kanada dengan mendapat supervisor dari Berrau Veritas (surveyor) untuk pembuatan. Sedangkan pengawasan pemasangan di lapangan oleh Wire Industry Kanada.
Jadi, kata Bambang, kalau pun ada kejadian terputusnya kabel penghubung, kemungkinan akibat adanya efek kejut atau efek dinamik. “Secara sederhana dapat dimisalkan, jika seseorang menimbang di timbangan lalu melompat di timbangan itu, ada gerakan dinamik yang bisa melipatgandakan beban. Apalagi, traffic bebannya tinggi,” ujarnya.