REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR - Indonesia akan melahirkan generasi baru yang anti-korupsi selama para orang tua mampu membentuk memori anak-anak mereka secara benar di enam tahun pertama usia mereka, kata Neurolog dr Andreas Harry Sp S(K).
"Kalau mau membentuk anak-anak yang anti-korupsi, bentuk lah mereka di enam tahun pertama usia mereka," kata dokter spesialis syaraf yang juga dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara itu di Bogor, Jumat (2/12).
Enam tahun pertama usia anak itu perlu diperhatikan karena terkait dengan pembentukan 'fungsi luhur' (kognitif) anak, katanya di depan sejumlah peneliti Pusat Studi Biofarmaka Institut Pertanian Bogor (IPB).
Dalam konteks ini, 'pengisian sel neuron' anak tersebut harus dilakukan para orangtua secara benar dan konsisten jika mereka ingin anak-anak mereka tumbuh menjadi orang-orang yang jujur, kata dr Andreas.
Seorang ibu yang menanamkan nilai 'tidak boleh mencuri' kepada anaknya gagal membentuk anaknya menjadi orang jujur dan anti-korupsi jika pada satu waktu di masa pertumbuhan anaknya itu, sang anak mengetahui ibunya justru 'mengambil uang' dari dompet ayahnya secara diam-diam, katanya.
Menurut dokter ahli syaraf lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ini, ibu tersebut telah membentuk memori anaknya bahwa mencuri tidak boleh tapi mengambil barang orang lain tanpa izin boleh.
"Jadi kalau mau membentuk anak-anak yang anti-korupsi, pengisian neuron mereka harus benar," kata mantan dosen luar biasa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (1996-2001) ini.
Sementara itu, dalam pemaparannya tentang tipe demensia alzheimer yang turut dihadiri Kepala Pusat Studi Biofarmaka IPB, Prof Dr Ir Latifah Kadarusman itu, dr Andreas mengingatkan pentingnya mengidentifikasi gangguan dini memori.
Pengidentifikasian gangguan dini memori itu diperlukan untuk mencegah berkembangnya penderita demensia di masa mendatang, katanya.