REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Markas Besar TNI menyatakan tingkat penyelundupan senjata terutama ke daerah-daerah konflik seperti Aceh dan Papua relatif menurun. Juru bicara TNI, Laksamana Muda TNI Iskandar Sitompul ketika dikonfirmasi di Jakarta, Rabu (7/12) mengatakan, dibandingkan saat konflik berkecamuk di wilayah-wilayah tersebut, tingkat penyelundupan senjata baik melalui darat maupun laut relatif menurun secara signifikan.
"Dulu memang sempat marak, misalnya saat terjadi konflik di Aceh dalam status darurat militer, dan di Ambon dimana banyak senjata diselundupkan lewat laut," katanya, menambahkan. Iskandar mengatakan pihaknya bersama instansi terkait telah mengintensifkan pengawasan di perbatasan darat dan laut terhadap segala bentuk kegiatan ilegal seperti penyelundupan senjata.
"Setiap modus penyelundupan senjata, termasuk yang diselundupkan melalui kapal-kapal nelayan tradisional, pun telah kami deteksi dengan lebih baik dan intensif sehingga jumlah kegiatan penyelundupan pun menurun," ujarnya menegaskan.
Iskandar menekankan, maraknya aksi kekerasan bersenjata di Papua dan beberapa kali di Aceh belakangan ini, sebagian besar menggunakan senjata sisa konflik atau hasil rampasan dari para aparat yang diserang.
"Jadi, hingga kini belum ada indikasi kembali terjadi penyelundupan senjata ke beberapa daerah konflik seperti Aceh dan Papua. Meski demikian, operasi pengamanan perbatasan yang digelar di darat dan laut akan terus diintensifkan untuk mengantisipasi segala bentuk kegiatan ilegal termasuk penyelundupan senjata," tuturnya.
Aksi kekerasan bersenjata kembali terjadi beberapa waktu lalu di Aceh. Polri menduga salah satu penyebab kekerasan bersenjata tersebut karena masih banyaknya peredaran senjata sisa Konflik Aceh di masyarakat.
`"Jadi ini juga memerlukan penyelidikan lebih lanjut lagi. Bisa saja ini terkait dengan ketika dulu di Aceh banyak beredar senjata-senjata. Kita harapkan upaya-upaya untuk meminimalisir senjata-senjata ilegal itu juga terus dilakukan Polda Aceh," ujar Kabid Penum Div Humas Polri Kombespol Boy Rafli Amar.
Seperti diketahui Minggu (4/12) malam, penembakan terjadi terhadap sejumlah pekerja perkebunan di Krueng Jawa, Kecamatan Geureudong Pase, Aceh Utara. Tiga pekerja perkebunan yakni Hery, Karno dan Sugeng tewas sementara lima lainya dilarikan ke rumah sakit. Para pelaku kemudian kabur meninggalkan selongsong peluru bekas tembakan yang diduga berasal dari senjata api laras panjang jenis AK-47.
Penembakan ini seolah menyambung peristiwa pelemparan granat di sekitar Wisma Lampriek, di Jalan Teuku Daud Bereueh Banda Aceh, Kamis (1/12). Saat itu tiga warga harus mendapatkan perawatan karena
luka terkena serpihan granat yakni kakak beradik, Ina (23 Tahun) dan Lia (22 tahun) Ardeman (20 tahun).
Sementara di Papua aksi penyerangan terhadap aparat masih terus terjadi. Terakhir Pada Sabtu (3/12) dua anggota Brimob Mabes Polri, Bribda Ferliyanto Kaluku dan Eko Afriansyah, tewas dalam aksi baku tembak dengan kelompok bersenjata di Kali Semen Kampung Wandinggobak, Kabupaten Puncak Jaya.