REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Komite Ekonomi Nasional (KEN) memprediksi pertumbuhan ekspor pada 2012 tidak akan setinggi tahun sebelumnya. Meski demikian, ekspor tetap akan tumbuh.
Penurunan pertumbuhan ekspor membuat kontribusi ekspor ke Pendapatan Domestik Bruto (PDB) juga akan berkurang. "Kita sudah memperhitungkan, bahwa ekspor kita 2012 masih akan tumbuh, tapi tumbuhnya tidak akan setinggi 2010 ke 2011. Sehingga menimbulkan konsekuensi ekspor ke GDP berkurang 0,2-0,3 persen," kata Ketua KEN, Chairul Tanjung, usai mengikuti rapat Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI) di Kemenko Perekonomian, Kamis (8/11).
Meski demikian, penurunan kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi diharapkan bisa diimbangi oleh konsumsi dalam negeri dan penempatan pertumbuhan industri dan investasi. Oleh karenanya, kata Chairul, pertumbuhan ekonomi di 2012 bisa dipertahankan setingkat dengan 2011, yakni 6,5 persen. Target pertumbuhan ekonomi 2012 di APBN 2012 sebesar 6,7 persen.
Mengenai penghentian Generalized System of Preferences (GSP) dari Eropa akibat krisis, Chairul mengatakan, Indonesia sudah tidak mendapat fasilitas itu. GSP adalah fasilitas yang memungkinkan negara berkembang mendapat pembebasan Bea Masuk. Hal itu untuk menolong agar negara berkembang bisa mengekspor produknya ke Eropa.
Dengan GSP itu diharapkan ada peningkatan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan dari negara miskin berkembang ke negara maju. "Karena situasi ke Eropa sedang krisis, makanya fasilitas itu di-review, tidak semua negara diberikan. Nah, Indonesia itu sudah tidak diberikan. Indonesia sudah berpenghasilan menengah, sudah tidak akan dapat (GSP)," kata Chairul.