REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA — Imam Masjid Agung Ottawa mengutuk praktek pembunuhan atas nama kehormatan yang kerap disebut 'honor killing. Ia mengatakan perbuatan tersebut asing dalam Islam dan tak memiliki tempat di masyarakat.
Sang imam, Samy Metwally, Jumat pekan lalu mengatakan sangat tidak masuk akal meyakini bahwa ada agama yang akan menganjurkan pembunuhan demi menjaga kehormatan keluarga. "Perbuatan itu bukan ajaran atau tradisi Islam. Malah faktanya sama sekali tak ada pembunuhan demi kehormatan," ujar Metwally di depan warga Ottawa.
"Itu tak ada hubungan dengan agama dan tidak didukung dalam teks-teks Alquran atau perilaku dan sabda Rasul Muhammad, yang menjadi teladan Muslim." tegasnya.
Metwally berbicara di depan warga dalam acara 'seruan beraksi' di mana imam-imam penjuru Kanada menyampaikan kotbah menentang kekerasan domestik. Mereka juga menegaskan bahwa Islam tak memiliki toleransi atas tindak kekerasan terhadap wanita.
"Tujuan dari seruan ini adalah meningkatkan kesadaran bahwa Muslim sama sekali tak diizinkan melakukan tindakan macam pemukulan terhadap istri atau bahkan menyakiti psikis mereka. Agama melarang keras dari perbuatan itu," ujarnya.
Kotbah nasioan itu dipicu oleh pengadian sensasional di Kingston, Ontario di mana seorang pengusaha Mohammad Shafia beserta putra lelaki dan istrinya dituduh membunuh tiga putri remajanya dan istri pertama karena perilaku mereka mencoreng kehormatan keluarga.
Seorang imam Kingston prihatin dengan kematian yang disalahpersepsikan sebagai tradisi Islam. Ia pun diminta koleganya di penjuru Kanada untuk memberi ceramah mengenai kekerasan domestik dan menjernihkan bahwa Islam tak memiliki kaitan dengan praktek 'honor killing'.
Metwally tidak berkomentar langsung terhadap pengadilan yang masih berlangsung. Namun ia mengatakan ada banyak konsepsi salah tentang 'honor killing'.
Imam itu juga mengatakan kepadawarga bahwa masalah utama saat berhadapan dengan banyak isu, termasuk kekerasan domestik, yakni orang-orang kerap mengacu pada ayat-ayat Alquran di luar konteks dan bersikap berdasar itu. Ia menegaskan mereka yang memahami agama pasti paham bahwa teks-teks tersebut memiliki kaitan dengan yang lain dan demi mendapat pemahaman tepat tak bisa dipisah dengan ajaran dan perilaku Rasul Muhammad.
Metwally juga menegaskan bahwa seseorang tak bisa disebut Muslim baik bila masih memperlakukan istrinya dengan kasar. Ia mengatakan orang kerap melihat kesalahan istri atau pasangan tanpa melihat dirinya sendiri. "Carilah kesalahan diri sendiri sebelum melihat kesalahan orang lain," ujarnya.
"Muslim yang baik dan benar adalah mereka yang tidak pernah menindas istrinya."