REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Kasus langka pasca-imunisasi terjadi di London. Josh Hadfield, 6 tahu, kehilangan kendali otot dan mulai tidur sampai 19 jam setiap hari hanya tiga minggu setelah mendapatkan vaksin flu babi, Pandemrix.
Dia akan tertidur hingga setiap lima menit - bahkan ketika ia sedang berjalan, makan, dan berenang - dan menderita serangan tiba-tiba ketika ia tertawa. Dokter menvonisnya mengalami kondisi yang disebut narkolepsi.
Sekarang hampir dua tahun kemudian ibunya Caroline, 41 tahun, mengatakan ia masih menderita penyakit 'tiba-tiba tertidur' itu.
"Aku setiap malam empat kali terbangun untuk memberinya makanan ringan dan memberinya kenyamanan karena dia selalu mengalami mimpi buruk mengerikan," katanya.
Pendidikan Josh, juga mengalami gangguan karenanya. "Dia dulu dikirim pulang dari sekolah setiap kali ia jatuh tertidur, tetapi sekarang pihak sekolah telah tahu dan menyisihkan area di dalam kelas di mana ia bisa direbahkan kalau tertidur."
Josh saat ini sedang diobati dengan Ritalin dan anti-depresan, tapi tidak pernah kembali ke kondisi awal.
Awal tahun ini muncul bahwa vaksin flu babi yang ia terima, yang disebut Pandemrix, telah dikaitkan dengan narkolepsi di seluruh Eropa.
Studi sebelumnya telah mencatat kenaikan 13 kali lipat dalam kasus di antara anak-anak yang telah menerima suntikan. Pada bulan Juli Otoritas Kesehatan Eropa menyarankan untuk tidak memberikannya pada pasien di bawah usia 20-an.
Caroline, seorang PNS, menuding Pemerintah tidak melakukan tes yang cukup sebelum mengeluarkan vaksin itu ke jutaan orang. "Josh baik-baik saja sebelum vaksinasi," ujarnya. "Kini, dia lebih banyak tertidur daripada terjaga. Padahal dulu, dia adalah salah satu dari anak-anak yang paling energik yang pernah saya temui."
Pandemrix melindungi terhadap virus H1N1, yang disebabkan oleh pandemi flu babi 2009. Kasus serupa Josh dikonfirmasi juga di negara lain, seperti Finlandia dan Swedia.
Di Finlandia, peneliti menemukan 79 anak yang divaksinasi mengembangkan narkolepsi, 12 kali lebih dari yang mereka harapkan. Pemerintah Finlandia berjanji memberikan kompensasi dan dukungan bagi keluarga yang terkena dampak itu.