Selasa 13 Dec 2011 05:33 WIB

Benghazi Diumumkan Sebagai Ibu Kota Ekonomi Libya

Seorang bocah berdiri di atas bangkai kendaraan tempur milik pasukan pemerintah di pinggiran Benghazi.
Foto: AP
Seorang bocah berdiri di atas bangkai kendaraan tempur milik pasukan pemerintah di pinggiran Benghazi.

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI - Dewan Transisi Nasional (NTC) hari Senin (12/12) mengumumkan Benghazi sebagai ibu kota ekonomi Libya, dalam sebuah keputusan yang diambil setelah protes pertama menentang badan berkuasa itu dan pemimpinnya.

"Benghazi akan menjadi ibu kota ekonomi Libya," kata anggota NTC Abdelrazzak al-Aradi pada jumpa pers, dengan menambahkan bahwa kementerian-kementerian yang terkait dengan ekonomi akan ditempatkan di kota eks-pemberontak itu.

Ketika ditanya apakah keputusan tersebut diambil setelah protes Senin menentang NTC dan ketuanya Mustafa Abdel Jalil, Aradi mengatakan, "Ya. Sejak revolusi rakyat Benghazi merasa terpinggirkan dan terlupakan."

Ratusan pria dan wanita yang tidak puas meneriakkan slogan-slogan menentang pemimpin NTC Mustafa Abdel Jalil di Lapangan Shajara Benghazi pada Senin, dengan mengeluhkan kurangnya transparansi dan kesediaannya untuk memaafkan para mantan pejuang Muamar Gaddafi.

"Benghazi menjadi markas revolusi (menentang Muamar Gaddafi) selama beberapa bulan, dan merupakan salah satu faktor yang memungkinkan keberhasilannya," kata Aradi, membaca dari sebuah pernyataan.

"Maka tidak akan ada marjinalisasi atau pengecualian, dan masa depan ekonomi yang menunggu kota ini dan kota-kota lain akan melampaui segala harapan. Benghazi akan menjadi ibu kota ekonomi Libya," katanya.

Protes pertama menentang rejim Gaddafi meletus di Benghazi pada Februari, yang menyulut revolusi di seluruh negeri yang mengakhiri kekuasan 42 tahun dan hidupnya. Para pejabat NTC mengatakan, Muamar Gaddafi tewas selama pertempuran untuk menguasai kota tempat asalnya, Sirte, pada 20 Oktober.

Namun, beberapa negara besar Barat yang mendukung pemberontak Libya menguasai Tripoli mengatakan, mereka masih mencari konfirmasi mengenai kebenaran berita itu. Almarhum Gaddafi menjadi buronan sejak NTC menguasai ibu kota Libya, Tripoli, pada Agustus, dan ia berhasil menghindari penangkapan meski pasukan NTC memperoleh sejumlah petunjuk mengenai lokasinya.

Ia berulang kali melontarkan janji-janji untuk melanjutkan perang, ketika semakin banyak negara mengakui NTC sebagai pemerintah yang berkuasa di Libya. Gaddafi (68), pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa, bersikeras akan tetap berkuasa meski ia ditentang banyak pihak.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement