Sabtu 17 Dec 2011 19:12 WIB

PR Nuklir Jepang Berikut, Pembersihan Masif dan Bongkar Fukushima Daichi

Pekerja PLTN Fukushima mengenakan pakaian pelindung sebelum masuk ke area pabrik
Foto: AP
Pekerja PLTN Fukushima mengenakan pakaian pelindung sebelum masuk ke area pabrik

REPUBLIKA.CO.ID, Setelah menyatakan pembangkit listrik Fukushima Daiichi dalam kondisi stabil, Jepang dihadapkan pada pekerjaan rumah berikut yang tak kalah rumit, pembersihan dan pembongkaran fasilitas nuklir terseut.

Ilmuwan nuklir Imad Khadduri mengatakan pembangkit nuklir, pada dasarnya adalah telur baja stainles super besar yang dibawah tekanan besar. "Hampir 72 kali tekanan atmosfer. Dengan kondisi mati-dingin, mereka berarti menyatakan bahwa tekanan di dalam pembangkit telah dibawa ke tingkat atmosfer," paparnya.

"Dalam waktu delapan bulan lebih mereka berhasil mengurangi tingkat suhu elemen bahan bakar di bawah 95 derajat celsius, yang setara dengan tekanan atmosfer."

Pembongkaran berarti, para staf dapat memindahkan bagian atas telur baja stainles itu dan mengeluarkan elemen nuklir, menyimpan secara aman dan mulai membongkar bagian lain pembangkit lalu menyegelnya material beton.

TEPCO, pada awal krisis, mengatakan bahwa mereka tidak berencana mengubur reaktor Daiichi yang rusak di dalam beton. Pilihan itu sebelumnya dilakukan dalam menangani insiden Chernobyl--kini Ukraina--dimana reaktor terbakar selama berhari-hari. Alih-alih mengubur dalam beton, mereka berencana memindahkan bahan bakar nuklir secara bertahap ke penyimpanan mana pun yang memungkinkan.

Pemerintah dan TEPCO berencana memulai pemindahan batang nuklir yang tak rusak dari kolam bahan bakar Daiichi, paling cepat awal tahun depan. Hanya saja, pemulihan dan penarikan bahan bakar meleleh di dalam reaktor mungkin tak akan dimulai hingga satu dekade lagi. Dengan demikian pembongkaran total pembangkit Fukushima diprediksi membutuhkan waktu hingga 40 tahun lagi, demikian media lokal melaporkan.

Ongkos besar pembersihan dan pemberian kompensasi terhadap korban telah menguras kering keuangan TEPCO. Pemerintah mungkin bakal menyuntikkan sekitar 13 milyar dolar ke perusahaan setidaknya pertengahan tahun depan sekaligus sebagai bentuk nasionalisasi, demikian sebuah sumber menyatakan.

Tak hanya itu, Jepang juga menghadapi tugas pembersihan masif di luar pembangkit bila warga telah diizinkan kembali pulang. Kementrian Lingkungan mengatakan sekitar 2.400 kilometer persegi lahan di sekitar pembangkit perlu menjalani proses dekontaminasi.

Krisis itu mengguncang kepercayaan publik terhadap keamanan energi nuklir. Jepang kini mengevaluasi lagi rencana semula yang ingin menaikkan proporsi listrik dari energi nuklur yang semula 30 persen pada 2010 menjadi 50 persen pada 2030.

Hidup dalam ketakutan akibat efek radiasi kini menjadi bagian dari penduduk baik yang tinggal di dekat ataupun yang jauh dari pembangkit. Kasus ditemukan kadar radiasi tinggi dalam sayuran, susu, teh, seafood, air memicu kecemasan tinggi terlepas pihak otoritas telah memastikan bahwa kadar yang dideteksi tidaklah berbahaya.

Belajar dari pengalaman Chernobyl, kecemasan itu bisa jadi bertahan hingga bertahun-tahun ke depan. Terbukti para warga yang tinggal di daerah bekas pembangkit Soviet itu rutin mengecek radiasi produk lokal sebelum mengonsumsinya biarpun bencana telah berlalu 25 tahun lalu.

sumber : Aljazirah/Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement