REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG – Saat seluruh negeri tengah didera duka mendalam karena ditinggalkan pemimpin kesayangan mereka, Kim Jong-il, Korea Utara tetap melakukan uji coba dua rudal jarak pendek di lepas pantai timurnya, Senin (19/12), hari yang sama dengan pengumuman kematian Kim.
AFP melaporkan, berdasarkan laporan dari Korea Selatan yang mengutip seorang pejabat pemerintah yang tidak disebutkan namanya, peluncuran dua rudal itu berhubungan dengan pengumuman bahwa Kim telah meninggal, Sabtu sebelumnya, karena serangan jantung.
"Rudal-rudal itu diperkirakan memiliki jangkauan sekitar 120 kilometer," kata pejabat tersebut. "Kami percaya Korea Utara menguji tembak rudal-rudal untuk mencoba meningkatkan kemampuan dan jangkauan mereka. Kami melihat tidak lebih dari sekadar uji-menembak."
Kementerian pertahanan Seoul menolak untuk mengkonfirmasi laporan uji tembak rudal mereka. Korea Utara telah menguji rudal baru KN-06, versi modifikasi dari rudal ground-to-ground KN-01 dan KN-02.
Negara komunis itu semakin sering melakukan tes rudal jarak pendek dalam beberapa tahun terakhir. Para pejabat Korea Selatan mengatakan uji coba tersebut sebagai bagian dari latihan rutin, tetapi kadang-kadang pelaksanaan uji coba bertepatan dengan masa ketegangan kedua negara.
Negara-negara yang bermusuhan dengan Korut, seperti Jepang dan Korsel segera menyiagakan militernya setelah kabar kematian Kim mendunia. Negara tetangga Korut khawatir bahwa manuver politik Pyongyang bisa meluas kepada peluncuran rudal atau agresi lain.
Puluhan ribu pasukan Amerika yang ditempatkan di Korea Selatan dan Jepang dengan persenjataan lengkap gelisah di tempat mereka. Cina ingin mempertahankan Korut untuk tetap stabil dan menghindari banjir pengungsi, tetapi juga bebas dari pengaruh Amerika dan Korea Selatan.
"Jika Anda bertanya kepada pengamat apa yang bisa terjadi untuk membawa rezim Korut jatuh, jawabannya adalah kematian mendadak Kim Jong-il. Dan itu terjadi saat ini," kata Victor Cha, mantan Direktur Dewan Keamanan Nasional untuk urusan Asia di bawah Presiden George W Bush.