REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Blogger sekaligus tokoh emimpin oposisi Rusia, Alexei Navalny merayakan kebebasannya dari penjara, Rabu (21/12) dengan menyerukan kepada rakyat untuk bersatu melawan Vladimir Putin. Ia menuding Putin akan mencoba melakukan apa pun untuk merebut kemenangan dalam pemilihan presiden, 4 Maret mendatang, yang disebutkan tidak akan berlangsung jujur dan adil.
Navalny, yang telah memanfaatkan perubahan suasana hati di kalangan pemuda perkotaan Rusia terhadap 12 tahun kekuasaan Putin. Pembebasannya disambut oleh teriakan 'Navalny! Navalny!' dan tepuk tangan dari para pendukungnya yang menerjang badai salju untuk menunggu kebebasannya dari kantor polisi Moskow.
Meskipun terlihat lelah dan terpukau oleh puluhan lampu kamera televisi yang menunggunya, Navalny dengan cepat mengeluarkan pernyatan tentang kisruh pemilihan parlemen, 4 Desember kemarin. Dia mengeluarkan cercaan tentang partai berkuasa Putin yang dihinanya sebagai kumpulan "penipu dan pencuri."
"Partai penipu dan pencuri menempatkan kader penipu dan pencuri utamanya untuk menjadi presiden," kata Navalny, yang hanya mengenakan celana jeans dan memegang kantong plastik supermarket penuh pakaian kotor dihadapan wartawan.
"Kita harus memilih melawan dia, berjuang melawannya," kata Navalny. "Jika dia menjadi presiden, dia tidak akan menjadi presiden yang sah, karena itu hanya akan menjadi tahta yang diwariskan."
Navalny (35) merupakan blogger anti-korupsi yang ditahan pada tanggal 5 Desember dalam protes besar-besaran di pusat kota Moskow menuntut keadilan terhadap dugaan kecurangan dalam pemilihan parlemen. Dia dijatuhi hukuman 15 hari penjara.
Slogan 'penipu dan pencuri' yang diciptakannya telah menjadi seruan yang dibawa jutaan rakyat Rusia mulai dari Samudera Pasifik ke Laut Baltik, dan mengubahnya menjadi pemimpin yang paling menonjol dari kelompok oposisi yang tersebar, nemun tetap menolak bekerja sama dengan pemerintahan pusat.