REPUBLIKA.CO.ID, ILIGAN – Jumlah korban resmi yang tewas akibat banjir besar di dua kota Filipina selatan pekan lalu telah lebih dari 1.000 orang. Pihak berwenang Filipina mengatakan mereka sudah tidak bisa lagi menghitung berapa banyak lagi warganya yang hilang dalam salah satu bencana terburuk yang melanda wilayah pesisir tersebut.
"Perhitungan terakhir menunjukkan total 1.002 orang telah dikonfirmasi tewas, termasuk 650 orang di Cagayan de Oro dan 283 lainnya di kota Iligan," kata Kepala Kantor Pertahanan Sipil, Benito Ramos, Rabu (21/12). Sisanya berasal dari beberapa provinsi di selatan dan tengah.
Badai Washi melanda daerah itu, Jumat malam, dan mengirimkan banjir bandang di tengah malam yang menjebak sebagian besar korban saat mereka sedang tertidur. "Ada banyak pelajaran yang dipelajari oleh orang-orang yang tidak mendengarkan pemerintah nasional dan lokal, tapi ini bukan saatnya untuk menyalahkan mereka," kata Ramos, seraya menambahkan bahwa peringatan ramalan cuaca tentang badai yang mendekat telah diabaikan.
Dia mengatakan, pemerintah terus fokus pada pencarian mayat di Cagayan de Oro, sebagian besar terseret oleh arus dan terbawa ke laut. "Kami sudah kehilangan hitungan mayat yang hilang," katanya.
Presiden Benigno Aquino III mengumumkan keadaan bencana nasional selama kunjungan ke wilayah bencana, Selasa kemarin dan berjanji pemerintahnya akan melakukan yang terbaik untuk mencegah kembali terulangnya tragedi ini.
Aquino mengatakan akan ada evaluasi mengapa begitu banyak korban meninggal dan mengapa mereka yang tinggal di sepanjang tepi sungai dan dekat dengan pantai—kebanyakan dari mereka pemukim ilegal—tidak dipindahkan ke lokasi yang aman.
"Saya tidak menerima tindakan telah dilakukan. Saya tahu bahwa kita dapat berbuat lebih banyak. Kita harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi," kata Aquino. "Haruskah ini berakhir dalam tragedi? Kami tahu bahwa (badai) datang. Seharusnya ada upaya untuk menghindari kehancuran."
Pemerintah dan kerabat yang berduka mulai menguburkan korban tewas. Orang-orang menangis selama upacara pemakaman di kota Iligan, saat tentara membawa peti mati 38 korban. Banyak yang datang mengenakan masker karena bau mayat yang telah membusuk. "Kami harus memberikan orang mati penguburan yang layak," kata Walikota, Lawrence Cruz.