REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Sebagai buntut dari surat FIFA yang menetapkan ISL sebagai liga yang illegal, para pemain merasa menjadi korban. Pemain merasa terjebak dalam konflik antara PSSI dengan klub dan pengelola kompetisi.
Padahal para pemain telah menandatangani kontrak sebelum polemik dualisme liga muncul. Situasi tersebut diungkapkan oleh anggota Komite Eksekutif Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI), Firman Utina.
Firman yang juga merupakan wakil kapten tim nasional itu mengaku pasrah jika pada akhirnya jadi korban dari sanksi FIFA. “Yang jelas dalam posisi ini pemain menjadi korban. Kami kami terikat kontrak jauh sebelum adanya polemik,” katanya ketika dihubungi Republika, kamis (22/12).
Namun Firman mengaku belum bisa menyampaikan pandangannya terkait bentuk ancaman FIFA. Karena saat ini, Firman maupun APPI belum menerima salinan putusan dari federasi sepak bola dunia tersebut.
Dia pun menuntut pada PSSI untuk segera menyampaikan penjelasan kepada pemain mengenai hasil pertemuan dengan FIFA. “Kami ingin tahu bagaimana proses PSSI memperjuangkan nasib kami para pemain kepada FIFA,”
Kalaupun akhirnya keputusan FIFA adalah sanksi bagi pemain ISL, APPI akan melakukan koordinasi dengan federasi pemain sepak bola professional dunia, FIFpro. Apa pun hasil dari FIFpro akan disampaikan APPI pada seluruh anggotanya. “kami sih pasrah saja,”