REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI - Muslim India telah lama mengeluhkan didiskriminasi dalam segala bidang kehidupan. Puluhan tahun mereka mengeluhkan mengalami pengabaian di bidang ekonomi dan sosial. Padahal, diskriminasi terhadap Muslim India bertolak belakang dengan upaya pemimpin karismatik India, Mahatma Gandhi, yang ingin menyatukan umat Islam dan Hindu selepas merdeka dari penjajah Inggris.
Mantan Wakil Ketua Jamia Millia Islamia, Mushirul Hassan, mengatakan Gandhi menggambarkan Islam sebagai agama yang damai. Ia juga memberikan apresiasi terhadap ajaran Islam, Nabi Muhammmad SAW, dan empat sahabat Nabi.
"Gandhi semasa hidupnya berusaha untuk menyatukan antara Hindu dan Islam dalam sebuah masyarakat yang harmonis. Baginya, usaha itu merupakan misi. Ia percaya Hindu dan Islam berasal dari nenek moyang yang sama,” kata Hassan seperti dikutip telegraphindia.com, Kamis (22/12).
Menurut Hassan, perhatian Ghandi terhadap Islam terekam dalam minatnya untuk belajar menafsirkan ayat-ayat suci Alquran berikut ajaran-ajaran di dalamnya.
Muslim India kini mencapai 140 juta jiwa, terbesar kedua setelah Indonesia. Hasil survei terbaru di India menyebutkan sepertiga dari Muslim India harus berjuang keras untuk bertahan hidup. Empat puluh tujuh persen responden mengatakan bahwa sulit untuk bertahan hidup dengan pendapatan mereka. "Kami kehilangan kelompok kelas menengah ke atas," kata direktur Pusat Kebudayaan India Arab di Jamia Milia Islamia, Zikrur Rahman.
Muslim di India juga masih berada di tingkat pendidikan yang rendah. "Identitas Muslim mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Mereka sulit mengakses sekolah yang baik bagi anak-anak mereka," mengutip hasil studi tahun 2006 yang dipimpin oleh mantan ketua Pengadilan Tinggi Delhi, Rajindar Sacher.