REPUBLIKA.CO.ID, RABAT – Masyarakat Maroko terkenal konservatif dalam memandang isu penyebaran HIV/AIDS. Namun, negara ini selangkah lebih maju dalam menanggulangi masalah HIV/AIDS.
Mereka, mungkin tidak secara vulgar menampilkan iklan kondom di ruang publik, tapi mereka punya ulama sebagai ujung tombak. Dalam kasus HIV/AIDS, Maroko termasuk negara dengan resiko rendah. Hanya 1 dari 10 penduduk Maroko terinfeksi HIV.
Meski demikian, para pejabat Kementerian Kesehatan Maroko menyadari kasus HIV/AIDS tidak dapat diprediksi. Mereka lalu berusaha untuk menyebarkan pesan itu tanpa menyinggung masyarakat Maroko. Dari latar belakang hal itu, pemerintah Maroko bekerjasama dengan Liga Ulama Maroko dalam melakukan pelatihan terhadap ulama setiap tahun.
Dalam pelatihan itu, ulama tidak hanya diberikan pengetahuan soal HIV/AIDS saja, tetapi juga penyakit lainnya seperti malaria dan TBC. Para ulama juga diminta menyisipkan materi tentang kesehatan dalam khutbah di masjid.
Anggota Asosiasi Perjuangan Melawan AIDS, Hakima Himmich, mengatakan Maroko berbeda dengan kebanyakan negara lainnya di Afrika dalam usaha penanggulangan masalah HIV/AIDS. Media elektronik dan luar ruang tidak bisa digunakan lantaran norma-norma yang berlaku dalam masyarakat Maroko.
"Kami tidak berbicara di televisi, kami juga tidak berbicara di koran tentang apa yang dilakukan. Kami tak ingin memprovokasi penduduk yang tidak setuju atas apa yang kami lakukan," papar Himmich seperti dikutip PBS.com, Kamis (22/12).
Di sini, kata Himmich, perempuan Maroko mengenakan jilbab dan pakaian serba tertutup untuk menyembunyikan fitur fisik seperti rambut dan bentuk tubuh. Mereka percaya menampilkan fitur seperti bisa memancing daya tarik seksual. "Oleh karena itu, memberitahu masyarakatkan tentang praktek seks yang aman di luar nikah tidak dimungkinkan," imbuhnya.
Presiden Liga Ulama Maroko, Ahmed Abbadi, menilai Islam memiliki aturan yang ketat soal hubungan suami-istri. Dalam aturan itu, setiap Muslim dilarang untuk berhubungan suami-istri sebelum menikah. "Berbicara soal hubungan suami-istri tidak harus dengan mempraktekkan kondom. Sebab, ada nilai pembenaran dalam penggunaan kondom, yaitu membolehkan berhubungan seks asal aman dan sehat," kata dia.
Karena itu, kata Abbadi, peranan ulama sangat penting. Ulama dalam hieraki masyarakat Maroko begitu dihormati. Melalui Ulama, masyarakat akan disadarkan bahaya HIV dan AIDS. "Saya kira, cara ini lebih efektif," pungkasnya.