REPUBLIKA.CO.ID, BEIT SEMESH, ISRAEL - Bentrok terjadi pada Senin (26/12) antara polisi dengan beberapa ratus warga Yahudi ultra-Ortodoks yang tinggal di kota tetangga Yerusalem. Yahudi ortodok mendapat perlawanan saat mengampanyekan kebijakan pemisahan pria dengan wanita, kata saksi.
Polisi Israel meningkatkan patroli di Beit Shemesh sesudah kerusuhan dipicu pembedaan terhadap perempuan oleh pinggiran radikal kota religius Yahudi itu.
Beberapa pengunjukrasa dibawa untuk dimintai keterangan. Dalam peristiwa tersebut polisi dan wartawan diminta pergi, dikasari dan dihina oleh warga ultra-Ortodoks, demikian kata si saksi
Kedua kubu warga penentang dan warga Yahudi ultra-Ortodoks terlibat adu mulut dan teriakan. Warga Beit Semesh, kota dengan sekitar 80.000 orang terletak di 30 kilometer barat Yerusalem, melempari polisi dan awak televisi dengan telur dan juga melakukan pembakaran untuk menolak penangkapan.
Sebagian besar penduduk kota itu beragama Yahudi, termasuk masyarakat besar dan tumbuh ultra-Ortodoks. Juru bicara kepolisian Micky Rosenfeld menyatakan satu polisi cedera ringan akibat dilempar batu.
Beberapa plakat mendesak pemisahan antara pria dengan wanita, yang dicopot polisi, kemudian dipasang kembali oleh pengunjukrasa.
Sebelumnya, Rosenfeld menyatakan seorang pria dari Beit Shemesh ditangkap atas serangan pada Minggu terhadap awak televisi, yang mengambil gambar tanda memerintahkan wanita menyeberang jalan agar tidak melewati rumah ibadat sinagoga.
Tanda lain dipasang di lingkungan ultra-Ortodoks memerintahkan wanita berbusana "sopan" dengan lengan panjang dan rok hingga betis. Suratkabar "Haaretz" menyatakan kamera milik wartawan televisi niaga Saluran Dua dibanting dan perekam suaranya direbut dalam serangan kelompok ultra-Ortodoks itu.
Wartawan lain juga diserang dan sebuah mobil polisi dilempari batu. "Seorang pria ditangkap dan sedang diperiksa dalam kaitannya dengan peristiwa itu, yang terjadi atas petugas Saluran Dua," kata Rosenfeld kepada kantor berita Prancis AFP.
"Inspektur kota bekerja di jalanan mencopoti poster. Polisi meningkatkan patroli di Beit Shemesh," katanya.
Pegiat ultra-Ortodoks tanpa nama, yang mewakili masyarakat Beit Shemesh, mengeluarkan pernyataan menentang bentrok dan pelemparan batu itu, tapi menyalahkan media.
"Kami mengutuk kekerasan dalam segala bentuknya, namun pada saat sama mengutuk hasutan liar media, yang memanas-manasi warga yang mulanya dami dan tenang, kini menenggang. Warga hanya menjalani kehidupan menurut kepercayaan mereka, dan kini terlihat buruk," kata pernyataan itu, seperti dilansir AFP.
Gambar yang berhasil diambil oleh wartawan TV disiarkan di Saluran Dua pada pekan lalu menunjukkan seorang pria ultra-Ortodoks di Beit Shemesh meludahi seorang wanita, yang menyebabkan penangkapannya pada Sabtu malam. Ia dibebaskan oleh hakim pada Minggu.
Siaran sama menampilkan seorang gadis religius berusia delapan tahun takut jalan ke sekolah di dekat rumahnya. Alasannya ia menjadi sasaran pelecehan kata pria ultra-Ortodoks, yang menuduh pakaiannya tidak cukup "memadai".