Selasa 27 Dec 2011 05:59 WIB

Mantan Pemberontak Libya Tuntut 40 Persen Kursi Dewan Transisi

Tentara pemberontak Libya.
Foto: AP/Francois Mori
Tentara pemberontak Libya.

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI - Mantan pemberontak Libya, yang melawan pasukan pemimpin Moamar Gaddafi, menuntut perwakilan lebih besar di Dewan Peralihan Negara (NTC), kata komandan dari Misrata pada Senin (26/12).

"Thwars (pemberontak) menuntut 40 persen dari kursi NTC diisi mantan pemberontak, karena mereka adalah "lambang revolusi" itu," seru Fraj Soueili dari Misrata, kota pelabuhan di timur Tripoli, yang dikepung pasukan Gaddafi. Ia membacakan kesepakatan akhir muktamar "Pesatuan Thwars di Libya", yang menyatakan mewakili hingga 70 persen dari mantan pemberontak.

Pada Rabu, kepala NTC, Mustafa Abdel Jalil, menyeru mantan pemberontak di muktamar Tripoli itu membuat daftar calon mumpuni untuk bergabung dengan badan sementara tersebut.

"Kami akan memilih tujuh, delapan atau sembilan orang untuk menjadi anggota dewan negara," katanya. Pengumuman Abdel Jalil, yang muncul saat NTC menghadapi kecaman belum pernah terjadi sejak kejatuhan penguasa itu, disambut serangkaian tepuk tangan dan teriakan "Allahu Akbar".

Pada saat ini terdapat sekitar 50 anggota NTC duduk di pemerintahan transisi yang harus dibubarkan sesudah pemilihan anggota parlemen pada Juni.

Soueili menyatakan kelompok masyarakat warga dan dewan daerah juga harus memiliki perwakilan mantan pemberontak 40 persen, 10 persen perempuan dan 10 persen dari kelompok kecil Amazigh Berber, Toubou dan Tuareg.

"Dewan itu tidak cukup mewakili. Masalahnya sedang dibahas, tapi itu akan terjadi," kata Bahlul Essid, salah satu penyelenggara muktamar tersebut. Ia menyatakan itu bukan masalah membubarkan NTC, tapi memperbesarnya.

Mantan pemberontak itu juga menuntut pemecatan beberapa anggota NTC, yang dituduh oportunis atau bekerjasama dengan penguasa sebelumnya, kata utusan lain, Muhammad Khfayer dari Al-Bayda di timur, kepada kantor berita Prancis AFP.

Perutusan muktamar itu juga memutuskan membentu panitia 25 petugas dari mantan tentara negara itu untuk memilih kepala staf baru, setelah Abdel Jalil meminta mereka membuat daftar calon.

Kepala baru tersebut "harus datang dari jajaran tentara tradisional, karena itu jabatan tentara", kata Abdel Jalil. Panitia itu akan bertemu di Misrata pada 1 Januari dan sudah mengirim puluhan daftar, kata Khfayer, perwira dalam tentara sebelumnya.

"Ia harus membuktikan diri di lapangan, tidak tidur di bawah pengatur suhu udara, sementara kami berjuang tanpa mengetahui apakah akan kembali dalam keadaan hidup," kata Khfayer tentang pemimpin baru tentara.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement