REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Iran mengancam akan menghentikan aliran minyak melalui Selat Hormuz jika negara-negara Barat memberlakukan embargo terhadap ekspor minyak mentahnya. Barat memberikan sanksi terhadap Iran karena Iran dinilai berambisi untuk membuat senjata nuklir.
Wakil Presiden Iran Mohammad Reza Rahimi mengatakan, jika Barat memberlakukan sanksi terhadap ekspor minyak Iran, maka tak setetes pun minyak Iran akan mengalir ke Selat Hormuz. “Iran tidak ingin ada permusuhan dengan Barat, tetapi Barat selalu membuat berbagai strategi untuk memusuhi Iran,” katanya, Selasa, (27/12).
Musuh Iran, ujar Rahimi, hanya akan berhenti membuat berbagai upaya melawan Iran jika mereka diberi pelajaran yang keras. Pernyataan Rahimi itu bertepatan dengan sepuluh hari latihan Angkatan Laut Iran.
Di Washington, Juru Bicara Departemen Luar Negeri, Mark Toner, menyebut ancaman Iran sebagai gertakan saja. "Iran hanya berupaya mengalihkan perhatian komunitas internasional dari isu nyata di mana mereka tidak mematuhi kewajiban internasional terkait nuklir,” katanya.
Ide pemberlakuan embargo bagi minyak Iran berasal dari Presiden Prancis Nicolas Sarkozy yang didukung oleh Inggris. Namun, ide tersebut rupanya banyak ditentang oleh negara-negara di dalam maupun di luar Uni Eropa (EU). Jika embargo diterapkan, Yunani akan mengalami krisis lebih jauh lagi sebab embargo minyak akan menaikkan harga minyak. Selain itu, Yunani juga sangat tergantung dengan minyak Iran.
Ketegangan Barat dengan Iran telah meningkat sejak 8 November lalu ketika Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menuding Teheran sedang bekerja mendesain bom atom. Kemungkinan Iran masih melakukan riset yang akan segera berakhir. Namun, Iran dengan tegas menampik segala tuduhan itu, mereka mengembangkan nuklir hanya untuk kepentingan damai.
Iran tetap melakukan pengembangan nuklir meskipun PBB telah memberikan beberapa kali sanksi bagi negara tersebut sejak 2006. Sanksi terus diberikan kepada Iran karena negara tersebut selalu menolak jika diminta menghentikan pengayaan uranium.
Banyak diplomat dan analis percaya hanya sanksi kuat terhadap sektor perminyakan Iran yang mungkin akan membuat Iran berhenti mengembangkan nuklir. Namun, Rusia dan Cina yang merupakan mitra dagang terbesar Teheran selalu memblokir keinginan AS untuk memberikan sanksi terhadap Iran.
Iran juga mengancam akan menghancurkan kepentingan Israel dan AS di Teluk jika Barat melakukan serangan militer ke instalasi nuklirnya.