Kamis 29 Dec 2011 12:26 WIB

KPSI Representasi Status Quo PSSI

Rep: Abdullah Sammy/ Red: Johar Arif
Logo PSSI (ilustrasi)
Foto: duniaku.net
Logo PSSI (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Keputusan Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) untuk mengambil alih kegiatan sepak bola nasional dari tangan PSSI memupus harapan rekonsiliasi yang didengungkan FIFA. Sebaliknya, KPSI justru membentuk formatur “PSSI” tandingan yang dihuni oleh sejumlah eks pengurus PSSI periode Nurdin Halid.

Nama Mahfudin Nigara, Gusti Randa, dan Hinca Pandjaitan yang sempat mengisi kepengurusan PSSI Nurdin, kini menduduki posisi strategis di KPSI. Pengamat sepak bola, Budiarto Shambazy menilai sudah bukan rahasia lagi kalau KSPI merupakan representasi dari kekuatan status quo PSSI.   

“Kalau diilihat Hinca Panjaitan dan Gusti randa adalah representasi rezim lama. Kalau mereka menamakan diri sebagai penyelamat saya keberatan. Karena selama bertahun-tahun mereka berkuasa, hhasilnya apa. Kita terpuruk. Liga kita hancur-hancuran,” ujarnya saat dihubungi Republika, Kamis (29/12).

Menurutnya, sudah bukan rahasia lagi bahwa motor dari manuver yang dilakukan untuk menggoyang PSSI adalah orang-orang rezim lama. Menurutnya, pengurus lama seperti masih memiliki banyak urusan yang belum selesai di sepak bola, sehingga ingin kembali menguasai PSSI. “Kelihatannya pengurus lama seperti anak kecil yang tidak ingin kehilangan mainan,”

Padahal, lanjut dia, kepengurusan PSSI baru berjalan dalam hitungan bulan. Sulit baginya untuk mencerna dengan akal sehat adanya tuntutan mengambil alih PSSI yang diutarakan KSPI.  “Langkah fourum ini (KSPI) akan memukul balik mereka sendiri. Karena masyarakat tahu siapa orang-orang ini. Banyak kalangan yang semakin muak melihat langkah seperti ini. Mengapa yang terus diributin pengurus, bukan justru prestasi,”

Budiarto yakin akan ada sebuah konsensus bersama jika semua pihak mampu menahan diri. Dia tidak menampik jika pengurus PSSI kini memiliki sejumlah kesalahan yang harus diperbaiki. Namun kinerja rezim status quo PSSI selama delapan tahun berkuasa merupakan fakta yang tidak bisa terelakkan. “Semua sudah tahu kok, apa yang selama delapan tahun mereka hasilkan bagi sepak bola Indonesia.”   

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement