REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS - Pemimpin Liga Arab, Nabil al-Arabi, Senin (2/1), mengatakan penembak gelap tetap menjadi ancaman bagi keselamatan warga sipil di Suriah. Ia menyerukan diakhirinya penembakan semacam itu, sementara para pegiat melontarkan kecaman terhadap misi pengamat blok regional tersebut.
Namun Nabil al-Arabi membela para pemantau tersebut dalam pernyataan pertamanya sejak mereka dikerahkan ke Suriah satu pekan sebelumnya, dan mengatakan, "Misi itu memerlukan waktu lebih banyak."
"Masih ada penembak gelap dan penembakan. Harus ada penghentian total penembakan tersebut," kata al-Arabi, bahkan saat para pemantau berjuang mencegah berlanjutnya pertumpahan darah.
Masalah itu, ujarnya kepada wartawan di ibu kota Mesir, Kairo, akan dibicarakan pemerintah Presiden Bashar al-Assad, "Sebab, tujuannya ialah menghentikan penembakan dan melindungi warga sipil."
Namun "sulit untuk mengatakan siapa menembak siapa", kata al-Arabi. Di lapangan, 11 lagi warga sipil tewas oleh tembakan pasukan keamanan pada Senin (2/1). Sementara tentara pemberontak menyerang tiga posisi tentara reguler, kata pengawas dan pegiat.
Setelah beberapa pekan menghadapi kemacetan, Suriah pada Desember 2011 setuju untuk mengizinkan penggelaran pengamat sebagai bagian dari peta jalan Arab, yang menyerukan penarikan militer dari kota besar dan daerah permukiman, dihentikannya kekerasan terhadap warga sipil dan pembebasan tahanan.