REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Sepanjang tahun 2011, komunitas Muslim masih mendapati protes anti-masjid, anti-hukum syariah dan segenap hal negatif lainnya. Tahun 2012, indikasi penolakan masyarakat AS terhadap komunitas Muslim tetap ada, jauh dari padam. Demikian diungkapkan Direktur Pendidikan Kebebasan Beragama, Newsmuseum, Charles C Haynes.
Menurut Haynes, kendati sebagian warga AS menganggap tidak semua Muslim berbahaya tapi anggapan Islam identik dengan kekerasan tetap ada. "Banyak hasil studi yang menyatakan penolakan terhadap Islam, tidak peduli beberapa banyak komunitas dan lembaga Muslim yang membantu AS dalam perang melawan ekstrimisme, jutaan umat Islam telah menjalani praktek keimanan mereka dengan bebas dan damai selama beberapa generasi tanpa perlu adanya perubahan konsititusi," papar dia seperti dikuti tennesse.com, Rabu (4/12).
Fakta itu, kata Charles, menunjukan sikap selip yang menjelek-jelekan Islam dan Muslim di AS. Tahun 2011 lalu, masyarakat AS yang peduli terhadap kebebasan beragama mulai mendorong kembali pelaksanaan kebebasan beragama. "Saya bisa katakan disini, Kristen, Yahudi, Muslim dan umat agama lainnya telah memboikot Lowe, di kota-kota besar AS," ungkapnya.
Terkait masalah ekstrimisme, papar Charles, masyarakat AS tidak punya alasan untuk khawatir soal itu. Sebab, komunitas Muslim sendiri aktif dalam daya dan upaya untuk melawan ekstrimisme. Komunitas Muslim juga aktif dalam penegakan hukum terhadap ektrimis.
Menurut Charles, hal serupa juga berlaku untuk hukum syariah. Ia mengatakan Undang-undang larangan pelaksanaan hukum syariah tidak perlu disahkan. Demikian pula dengan larangan pembangunan mesjid. "Tahun lalu, kita merasa takut dan benci. Tahun ini, mari kita buat usaha menegakan kebebasan beragama," pungkasnya.