Kamis 05 Jan 2012 16:13 WIB

Besok Polri dan Komnas HAM Klarifikasi Korban Rusuh Bima

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto mengatakan, Polri dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia akan mengklarifikasi mengenai perbedaan korban tewas akibat bentrokan antara pengunjuk rasa dengan polisi di Pelabuhan Sape, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat.

"Sampai saat ini saya belum bisa mengklarifikasi. Kita lihat hasilnya besok (Jumat) akan ada pertemuan antara Polisi dengan Komnas HAM membahas perbedaan tersebut," jelas Djoko Suyanto kepada wartawan usai menghadiri HUT Bakorkamla ke-5 di Graha Marinir, Jakarta, Kamis.

Djoko menjelaskan, kedua instansi itu sama-sama memiliki data yang riil, dimana keduanya memiliki bukti video rekaman mengenai bentrok di Bima.

"Keduanya memiliki data yang riil seperti video rekaman peristiwa bentrokan di Bima," kata Djoko.

Oleh karena itu, kata dia, sebaiknya menunggu hasil pertemuan Polisi dan Komnhas HAM mengenai data tersebut dan pihaknhya akan mencari solusi yang terbaik. "Nanti akan dicarikan solusi yang terbaik mengenai penyebabnya, apa dan siapa yang melanggar," ucap Djoko Suyanto.

Sebelumnya, Komnas HAM menyebutkan, tiga orang tewas dan 30 orang mengalami luka tembak akibat bentrokan antara warga dengan kepolisian di Sape, Bima, Nusa Tenggara Barat pada Sabtu (24/12).

Data Komnas HAM, dari tiga orang yang tewas dan 30 orang yang luka akibat luka tembak tersebut, 10 orang diantaranya merupakan anak-anak yang berusia 13 hingga 17 tahun. Tiga orang yang tewas tersebut, Syaiful alias Fu (17), Arif Rahman (18) dan Syarifudin (46). Sementara korban luka tembak, antara lain, M Nur (30), Ismail (50), Yaumin (30), Anhal (29), Syahbudin (31), Awaluddin Anas (22), M Saleh (43), Salfina Juliani (15), Fahmi (18), Nurdin (22), Ramlin (24), Ridwansyah (19), M Ali (50) dan lainnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement