Kamis 05 Jan 2012 18:00 WIB

Kuucapkan Kalimat Syahadah Lewat MSN Messenger! (2)

greg sowden
Foto: irib
greg sowden

REPUBLIKA.CO.ID, Greg Sowden adalah seorang mahasiswa asal Kanada. Sebelum menjadi Muslim, dia adalah penganut agama Katolik Roma. Pada 15 Desember 2001, dia memutuskan untuk menjadi mualaf. Di usia 16 tahun, dia memilih untuk menjadi Ali Mahdi, namanya setelah menjadi Muslim. Berikut adalah penuturannya setelah menjadi seorang Muslim:

Menjadi seorang Muslim menimbulkan banyak masalah dengan keluarga saya, terutama ibu saya yang begitu keras menentang keislaman saya. Kemarahannya berakhir sehingga tahun 2004. Setelah itu ia menerima pilihan saya walaupun ia tidak menyenanginya. Saat saya menerima buku termasuk Alquran lewat pos setelah memeluk agama Islam, saya terpaksa menyembunyikannya dari ibu saya. Ibu saya amat sedih bila melihat saya melakukan sujud karena itu menandakan bahwa saya tidak lagi seorang Katolik. Anggota keluarga yang lain juga tidak memberi komentar atas keislaman saya. Kakek dari ibu juga mengatakan bahwa ia tidak menyukai keislaman saya. Nenek dari ibu saya punya saudara seorang pendeta di Inggris juga tidak menerima agama baru saya.

Saya tidak menyalahkan teman-teman saya yang sering menerima nformasi salah yang mereka dengar dari berita. Saya berusaha menjelaskan keyakinan saya kepada mereka. Sayangnya mereka tidak ingin membaca atau mempelajari Islam.Sebelum kuliah, ibu sering memaksa saya untuk pergi ke gereja. Saya mengikuti katanya hingga bulan oktober 2003. Ketika itu kebetulan bulan Ramadhan, saya memasukkan roti pembabtisan dalam saku dan ibu mengetahuinya. Sejak itu saya tidak pernah lagi pergi ke gereja.

Saya sungguh gembira menemukan komunitas Muslim di Kitchener-Waterloo. Komunitas itu juga mau menerima saya.Untuk pertama kalinya saya pergi ke masjid pada 10 September 2003. Ini merupakan pengalaman yang tidak dapat saya lupakan. Berbeda sekali dengan keadaan di gereja. Saya ke masjid bersama Hasnein yang saya kenal lewat ShiaChat forums. Kami sama-sama belajar di Universitas Waterloo, Ontario. Ia kuliah di Universitas Waterloo, sementara saya di Universitas Wilfrid Laurier. Jarak antara dua universitas ini hanya 155 menit berjalan kaki.

Kami sama-sama menghadiri peringatan kelahiran Imam Ali bin Abi Thalib. Pada mulanya hampir saja kami sesat karena masjid tempat tujuan kami terletak di kawasan permukiman penduduk. Setelah kami melihat seorang wanita berjilbab masuk ke masjid, langsung saja kami mengikutinya. Kami tiba agak lambat, tetapi kami dapat mengikuti ceramah dari Syaikh Shafiq Hudda. Setelah itu kami shalat Maghrib dan Isya. Itulah pertama kali saya shalat bersama dengan Muslim yang lain. Satu pengalaman yang indah. Hasnein kemudian memperkenalkan saya dengan sahabat-sahabat yang lain. Syaikh Saleem Bhimji mengantar kami berdua pulang, sambil menunjukkan kepada kami restoran halal dan tempat Muslim di kota itu.

Sejak itu saja menjadi anggota yang aktif dan kini menjadi sekretaris Islami Humanitarian Service, sebuah lembaga sedekah di Kitchener. Saya bersyukur kepada Tuhan karena komunitas Kitchener-Waterloo menerima saya sebagai anggota mereka. Dan mereka banyak membantu kami.

Perjalanan saya bukanlah sesuatu yang mudah dan saya terpaksa berusaha keras serta melakukan banyak pengorbanan. Malah saya sering gagal melaksanakan tanggung jawab saya pada Tuhan. Meski demikian saya bersyukur karena saya telah menemui jalan yang benar. Saya tahu bahwa menyerah kepada Allah Swt adalah tujuan hidup.

sumber : irib
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement