REPUBLIKA.CO.ID, CALIFORNIA -- Setelah bertahun-tahun banding dan mengalami penundaan, marinir terakhir Amerika Serikat terdakwa pembunuhan atas 24 warga di kota Irak Haditha pada 2005 menghadapi pengadilan tentara pada Kamis (5/1), di California.
Pasukan Amerika Serikat telah meninggalkan Irak, namun masih ada yang belum selesai di medan hukum dengan salah satu perkara pidana paling bermasalah, yang melibatkan tentara negara adidaya itu dalam hampir sembilan tahun perang Irak. Sersan Frank Wuterich (31 tahun) menghadapi sembilan tuduhan pembunuhan dengan niat sendiri dan dakwaan lain atas perannya dalam kematian 24 warga Irak, banyak dari mereka wanita dan anak-anak, pada 19 November 2005.
"Ia akan senang itu berlalu, karena ia tahu bahwa ia akan dibebaskan," kata pengacaranya, Neal Puckett, kepada Radio Publik Nasional (NPR) menjelang pengadilan tentara di markas Pendleton, California.
"Dunia akan tahu kebenaran bahwa yang terjadi di Haditha tidak dapat dikaitkan dengan perilaku kejahatannya dan ia hanya perlu melanjutkan kehidupannya," tambahnya.
Wuterich, yang tidak punya pengalaman tempur, adalah pemimpin pasukan, yang mengirim anak buahnya ke desa untuk memburu pejuang sesudah bom jalanan menewaskan seorang sesama Marinir dan melukai dua Marinir lain.
Sembilan belas orang tewas di dalam rumah, bersama lima pria, yang ditarik dari mobil di dekat tempat pemboman itu. Marinir setelah kekerasan di Haditha itu menyatakan 15 warga Irak tewas oleh bom jalanan, yang menewaskan Marinir tersebut.
Tapi penyelidikan oleh majalah "Time" menunjukkan sebagian besar korban tewas dibunuh ketika Marinir menyapu tiga rumah di dekat tempat pemboman tersebut. Pengacara Marinir menyatakan pejuang bersembunyi di balik rumah warga dan menembak, memicu bakutembak, yang jatuh dalam aturan hukum keterlibatan.
Tapi, penggugat menyatakan tidak ada pejuang tersebut dan bahwa Marinir memprakarsai tiga jam amukan berdarah untuk membalas kematian rekan mereka. Di antara para korban, 10 adalah wanita atau anak-anak, dibunuh dengan jarak dekat. Pengacara Wuterich kehabisan semua kemungkinan banding atas nama kliennya, termasuk upaya mengabaikan tuduhan berdasarkan atas pensiun paksa atas salah satu pengacara tentara.